Mohon tunggu...
Sari S Karim
Sari S Karim Mohon Tunggu... -

Bekerja di Universitas Paramadina, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Derita Pelanggan Tirta Pakuan

27 Juni 2013   10:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:21 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Bogor dikenal sebagai Kota Hujan. Memang, curah hujan di Kota Bogor jauh lebih tinggi dibandingkan kota-kota lainnya. Bahkan, tidak jarang kami pernah tidak bertemu sinar matahari selama berhari-hari karena hujan yang turun terus menerus tanpa jeda. Tetapi, sungguh salah kalau ada yang berpikir bahwa warga Kota Bogor tidak pernah kesulitan air.

Selama tiga tahun terakhir ini kami tinggal di Kawasan Bantar Kemang, Bogor Timur. Selama masa itu, tidak terhitung seringnya kami merasakan derita karena air yang berhenti mengalir. Penderitaan semakin menjadi-jadi saat musim kemarau, di mana tiada hujan turun mengguyur.

Sesungguhnya, pelanggan PDAM Tirta Pakuan, perusahaan daerah yang mengurusi air bersih di Kota Bogor, akan mafhum jika air tiba-tiba berhenti mengalir karena sebab-sebab yang di luar kontrol, seperti pipa air pecah dan sejenisnya.

Namun demikian, yang sering membuat kami sangat kecewa dan tak habis pikir adalah ketika tiba-tiba kami menyadari air telah mati karena sebab-sebab yang sesungguhnya telah terjadwal, seperti pemeliharaan jaringan, penggantian pipa, dan semacamnya. Yang sungguh mengecewakan adalah hampir tidak pernah ada pemberitahuan kepada pelanggan tentang rencana penghentian aliran air tersebut. Pemberitahuan itu juga tidak dijumpai di website yang tampaknya juga jarang diperbaharui.

Lebih menyakitkan lagi sebagai pelanggan, yang akan kena denda meski terlambat membayar tagihan PAM hanya satu hari saja, adalah tidak mudahnya kita menghubungi contact centre, yang disebutkan beroperasi 24 jam. Pun andai kita berhasil menghubungi contact centre itu, seringkali petugas yang menjawab tak mampu memberi kejelasan durasi waktu untuk melakukan perbaikan. Jadilah, kami harus hidup tanpa air tanpa kejelasan waktu kapan air akan kembali mengalir.

Pernah, tahun lampau, air berhenti mengalir selama tidak kurang dari tiga hari. Dapat dibayangkan betapa repotnya hidup kami selama itu, berkaitan dengan urusan dapur dan MCK. Seharusnyalah, pelayanan yang buruk dan penderitaan yang acap dirasakan pelanggan semacam ini menjadi bagian penting dalam penilaian kinerja manajemen PDAM Tirta Pakuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun