Mohon tunggu...
Sari Sekar Tanjung
Sari Sekar Tanjung Mohon Tunggu... -

Ditunggu kritik, saran, dan masukan konstruktifnya di kolom komentar. Hatur Nuhun www.kaskus.co.id/profile/viewallthreads/9243788 sstandjung.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Percakapan Tengah Malam - Senior Adalah Dewa (Part 5-6)

25 Oktober 2016   10:56 Diperbarui: 25 Oktober 2016   11:11 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

SENIOR ADALAH DEWA – PART 5

Sampailah The Pathetic Four itu ke halte bus. Ternyata Tisya, Meylani dan Aulia sudah membawa dresscodenya sebelum mengerjakan tugas di kosan Marini. Setelah menunggu cukup lama. Akhirnya mereka berempatpun mendapatkan bus juga, meskipun harus berdiri. Karena mereka tidak mendapatkan tempat duduk, merekapun kerap kali bersenggolan dengan penumpang lain, terutama Tisya. Maklum, Tisya mempunyai badan bongsor, sehingga ketika terjadi desak-desakan tubuhnya bakal menindih orang yang lebih ringkih. Saking gedenya tubuh Tisya, sampai-sampai seseorang anak kecil didepannya sesak naas karena ditindih oleh ‘lemak babi’ – upps.

Setelah menghabiskan 15 menit di dalam bus merekapun akhirnya sampai di Kampus FISIP. Tapi apesnya waktu menunjukkan pukul 07.45, terpaksalah mereka harus menerima hukuman. Didepan matanya ada Kak Bonita, kakak yang punya segudang pengalaman tapi seremnya minta ampun. Disebelah kiri Kak Bonita ada Kak Bernadetha atau biasa dipanggil Kak Berdhy, ia adalah seseorang yang lemah lembut, nada bicaranya kadang membuat para pria terpana hingga menuju alam fana. Entah kenapa ia jadi tukang hukum para maba. Di sebelah kanan Kak Bonita ada Kak Emir, seorang anak turunan arab dengan logatnya yang khas. Seperti biasa, Miss Capt (Kak Bonita) membacakan peraturan bagi maba yang telat.

            “Kalian ini, sudah tahu kan masuknya jam berapa. Masih saja telat, gimana kalau jadi mahasiswa. Ini baru tahap untuk jadi mahasiswa dek. Ingett, kalian ini baru jadi calon. C-A-L-O-N (ia mengeja 5 huruf itu sambil membentak). Kalian pasti mau alasan ya karena banyak tugas ....” katanya dengan nada sangat tegas.

            “Enggak kak, kami seperti biasa menunggu teman kelompok yang lain. Kita semua kan harus punya jiwa korsa.” kata Ketua Kelompok N, Kelompoknya Marini.

            “Korsa, korsa gund**mu. Emang siapa yang ngajarin dengan jiwa korsa jadi telat semua gini. Kalau jiwa korsa kalian terapin, mestinya kalian nggak telat. Udah, nggak usah cari alasan. Sekarang semua push-up” katanya galak.

            Berbarislah satu kelompok itu dengan rapinya, dengan hitungan dari para ospekers merekapun melakukan penghormatan setinggi-tingginya kepada tempat mereka berpijak saat ini, yakni Bumi.

            Meylani yang bodynya berbentuk seperti buah pear sepertinya bakal tak kuat mengangkat tubuhnya. Maklum pantatnya terlampau besar untuk bodynya yang ‘datar’. Apalagi Tisya, dengan berat badan hampir 1 kuintal, mengangkat tubuhnya jelas pekerjaan mahaberat. Tanpa lama-lama lagi, Kak Berdhypun memulai hitungan. Mereka semua sudah dalam posisi ready to lift. Sehingga beberapa detik kemudian dimulailah ‘lonceng kematian’ itu.

            “Satuuu....” kata Kak Berdhy dengan suara yang sangat pelan.

            “Nggak kedengeran kaak.” kata Meylani yang bicaranya keceplosan. Karena keceplosan, Meylanipun diingatkan oleh Kak Bonita.

            “Hey Meylani, kamu nggak tahu sopan santun yah, berani-beraninya kamu ngomong. Khusus buat kamu aku tambah push up nya 10 kali. Jadi kamu harus push-up 85 kali.” katanya ketus. Perhitungan push up di OSPEK itu adalah jumlah menit keterlambatan dikalikan 5 kali push up. Karena satu kelompok terlambat 15 menit maka  mereka harus mengangkat tubuhnya selama 75 kali. Khusus buat Meylani menjadi 85, karena kecerobohannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun