Mohon tunggu...
Saris D Pamungki
Saris D Pamungki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Beda Tapi Tak Sama dan sendiri nyali teruji, dua kata buat penyulut semangat diri

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pesan Damai "Beta Mau Jumpa"

9 Mei 2020   17:29 Diperbarui: 9 Mei 2020   17:39 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto indonesianpluraties.org

Dokumenter Pendek yang menceritakan tentang upaya perempuan dan anak muda dalam menggalang perdamaian dan menjembatani kesenjangan hubungan antara Islam dan Muslim yang telah mengalami segregasi pasca konflik Ambon (1999-2002). Dengan durasi sekitar 35 menit, kita akan disuguhi rentetan cerita pentingnya merajut kembali sebuah perdamaian.

Dua figur utama, yakni Ote Patty (58) dan Nafsiah (51) menceritakan bagaimana hubungan pertetanggaan yang sudah lama terbangun, terpisah karena konflik. Inisiasi kecil bermunculan, Ote Patty mengumpulkan beberapa ibu-ibu yang dulunya juga bertetangga dengan Nafsiah saat di Kampung Batu Merah Dalam, Kota Ambon. 

Melalui cara kecil ini, Ote Patty akhirnya mampu merekatkan kembali keretakan yang terjadi. Tidak hanya dengan keluarga Nafsiah saja, namun aksi baik ini telah dirasakan oleh seluruh tetangga, termasuk Oncu (53). Oncu juga dekat dengan Ote Patty, ketika masih menjadi tetangga di Kampung Merah Dalam. 

Film ini juga menghadirkan kegiatan anak-anak muda di Jalan Merawat Perdamaian (JMP) yang memperjuangkan perdamaian pasca konflik melalui distribusi narasi damai untuk anak di Kampung Kristen dan Muslim.

Banyak sekali khasanah ilmu yang bisa jadi bahas diskusi ketika kita melihat film dokumenter ini. Salah satunya adalah Segregasi atau pemisahan, sebuah langkah yang diambil untuk meredam dan mencegah timbulnya instabilitas sosial-politik dalam kehidupan bermasyarakat. 

Dengan adanya Segregasi, pengaruhnya justru membuat para pemuda kehilangan hubungan pertetanggan dalam beda agama. Antarkomunitas beda agama tidak mendapat ruang terbuka, dengan begitu narasi kebencian akan sangat mudah direproduksi.

Di samping itu, dalam film dokumenter "Beta Mau Jumpa" juga muncul peran Gerakan Perempuan Peduli (GPP). Sebuah gerakan perempuan lintas agama yang memperjuangkan penghentian kekerasan. 

Meskipun masih diliputi rasa takut, para perempuan ini sangat rindu ingin bertemu dengan tetangga mereka. Saling kunjung jadi barang yang mahal bagi mereka. Para Perempuan di Batu Merah telah menantikan kunjungan mereka dengan penuh haru dan gembira. Ini adalah titik awal, pentingnya membangun kembali rasa percaya antara dua komunitas dan keduanya adalah korban dalam peristiwa konflik itu. 

Beta Mau Jumpa, Film Dokumenter tentang Persaudaraan, Persahabatan dan Perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun