Hakekat berpuasa adalah menahan diri agar dicapai Keimanan yang berkualitas (Muntaqin). Istilah Menahan Diri akan lebih luas cakupannya. Akan tetapi, unsur utama dalam hal Menahan Diri ada dua, yaitu secara dhahir/lahir dan bathin/ghaib.
Jalaludin Rumi pernah menulis epik tentang dua kata tersebut. Eksotis sekali, Rumi membahas makna puasa menuju kesempurnaan.
Yakni :
Puasa menurut Tasawuf adalah seseorang yang melakukan Imsak (Menahan Diri) dari selain Allah (bathin) dan zahir-nya adalah tidak makan dan tidak minum.
Bagaimana anda menyikapi kata-kata dari Penyair terkenal dari Persia ini?
Tidaklah mudah menjalankan ibadah puasa, bukan saja ketika di Bulan Ramadan, niatan puasa di luar bulan inipun harus benar-benar dijalankan, lahir-bathin.
Jika, sekedar berbagai macam makanan yang terlihat oleh mata saja kita kalap, lantas muncul pertanyaan, Sudah sampai tingkatan mana kita berpuasa?
Harusnya kita malu. Berusahalah untuk melatih mata untuk ikut berpuasa. Ramadan inilah waktu yang pas untuk melatih kesehatan penglihatan kita, demi bersihnya rohani.
Panca indera memang diuji selama menjalankan ibadah puasa, justru disitulah kesempatan kita meraih kemenangan terbuka lebar. Mata, mulut, telinga, hidung hingga perasa (bathin).Â
Mulai sekarang saya dan anda harus mampu me-manajemen dan merefresh ulang polah tingkah untuk lebih baik lagi.