Update perolehan suara pemilu serentak yang dilaksanakan 17 April 2019 lalu sudah mulai menghiasi dinding muka Komisi Pemilihan Umum (KPU), tak terkecuali media (cetak maupun elektronik), lembaga pengawas dan bahkan lembaga survey (dengan quickcount-nya).Â
Dalam lingkaran hitung cepat versi mereka (lembaga survey), masing-masing saling menunjukkan hasil perhitungannya, seraya mengaku diri bahwa perolehan suara diantara kedua calon presiden dan wakilnya didapat dari validitas data di lapangan (TPS). Tetapi putusan final harus mengikuti Perhitungan Suara dari Meja KPU (RealCount) pada 22 Mei 2019 mendatang.
Pesta Demokrasi yang baru pertama digelar dengan serentak. Artinya dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden, Legislatif (DPR, DPRD I, DPRD II) dan Keterwakilan Daerah (DPD) dalam waktu bersamaan (sehari), ternyata masih menyisakan sanksi atas jauhnya rasa kejujuran dan keadilan (jurdil) secara bersama. Sedangkan kita tahu, kata "JURDIL" adalah jargon Pemilu.Â
Ditambah lagi, kehadiran Arus Teknologi (khususnya media sosial) belum berimbang dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian besar Rakyat Indonesia. Saling sindir antar pendukung, bermunculnya berita bohong atau hoax, itu salah satunya.
Sementara Itu, para Elit Politik terkesan sengaja membiarkan arus perdebatan diantara keduanya. Bangga-nya mereka (kaum elit) menikmati perebutan posisi dalam pesta demokrasi yang digelar setiap lima tahunan ini, tanpa melihat efek samping yang ditimbulkan di masyarakat (kaum alit).Â
Menghitung perolehan kursi dari ritual mendulang suara yang dilakukan sebelumnya. Sadar atau tidak, diakui atau tidak, demokrasi hari ini, kita terbius oleh nafsu ketidakjujuran dan ketidakadilan proses Pemilihan Umum dari beberapa kaum elit tersebut.
Dan alangkah terkejut pula, pasca pemilu serentak digelar, tercatat 304 Petugas Pemilu Meninggal Dunia, 2.209 Sakit (Sumber. http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/04/29/update-kpu-hingga-senin-29-maret-2019-tercatat-304-petugas-pemilu-meninggal-dunia-2209-sakit).Â
Satu persatu petugas pemilu ini tumbang. Terpantau sejak pukul 06.00 (pagi) hingga pukul 03.00 (dinihari), para Pahlawan Demokrasi menikmati proses pemilu serentak, menjalankan tugas dan tanggung jawab melebihi standart kerja kebanyakan. Bisa dibilang, Terlampau Batas capek tenaga dan Fikiran terforsir hebat hanya untuk sebuah Demokrasi yang belum tentu terbilang JURDIL ini.
Atas kejadian tersebut, Pemerintah mengapresiasi kinerja petugas pemilu yang meninggal dunia maupun sakit, Dikutip dari laman kompas (https://nasional.kompas.com/read/2019/04/22/20482811/mendagri-pemerintah-akan-beri-penghargaan-petugas-kpps-yang-meninggal). Semoga menjadi koreksi bersama, Pemilu Serentak yang hanya digelar dalam sehari ini memang butuh extra tenaga dan fikiran, sedangkan kekuatan manusia hanyalah berbatas ukuran.Â