Mohon tunggu...
Saris D Pamungki
Saris D Pamungki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Beda Tapi Tak Sama dan sendiri nyali teruji, dua kata buat penyulut semangat diri

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Semestinya Lebih Arif Sikapi Kasus Andi Arief

6 Maret 2019   05:33 Diperbarui: 6 Maret 2019   16:22 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: bebas.kompas.id/

Serambi Partai Demokrat seolah terkoyak hebat, diterpa angin cukup kencang dan tak pernah henti, bertubi-tubi datang. Selang satu hari dari rapat yang digelar, Andi Arief, wakil sekjen Demokrat, ditangkap karena narkoba di Hotel Menara Peninsula, Jakarta (3/3/2019). 

Begitu informasi beredar cepat pada dinding linimassa beberapa media online nasional, koleganya justru santer saling menyalahkan. Ironis, bukannya memberikan penguatan moral pada diri Andi Arief, malah membuat pernyataan hingga banyak orang mengelus dada. 

Apa yang menimpa Andi Arief murni kesalahan atas gaya pergaulan dia sendiri. Hal ini dikuatkan dari hasil pemeriksaan sementara Kepolisian yang menyatakan bahwa Andi Arief bukan hanya sekarang mengkonsumsi sabu (narkoba), namun sudah beberapa kali.

Sementara itu, Budiman Sujatmiko, teman dekat seperjuangan Andi Arief saat di bangku kuliah juga menyatakan kesedihan atas berita ini. terlihat cuitan di akun twitternya. Budiman teringat bagaimana mimpi seorang Andi Arief dulu yang mempunyai rencana demi masa depan indonesia.

Hasil tangkapan layar cuitan twitter @BudimanSujatmiko
Hasil tangkapan layar cuitan twitter @BudimanSujatmiko
Terlepas siapapun itu, ketika sudah merasakan kenikmatan pada setangkup harumnya barang haram seperti narkoba, maka akan merasa ketagihan. Seorang Andi Arief harusnya lebih Arif memaknai kehidupan, termasuk kita semua. Jangan sampai lengah akal walau sudah mencapai puncak. Hukum Tuhan akan selalu mengiringi. Dan, jangan saling memperolok satu dengan yang lainnya. Siapa tahu, kita lebih hina dari binatang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun