Ada sebuah rekonstruksi diri ketika berhadapan pada kesukaan maupun kebencian atas apa yang tampak melewati kenyataan maupun remangnya kehidupan. Jauh-jauh hari, beberapa momentum linimassa bergetar menghembuskan sengitnya persaingan di antara beberapa golongan manusia di muka bumi nusantara ini. Mereka berjibaku ikut menyemarakkan Pesta Demokrasi yang sudah terputuskan waktu dan lokasinya.
sebelum itu semua, perlulah kita pahami...
Bimbang, sedih, berteriak kegirangan bahkan berdiam diri pastilah mengikuti. Sebuah rasa yang pernah dipendam hingga didendam oleh masing-masing manusia, wajarlah terjadi demikian.
Ajaklah kompromi dengan rohanimu, ambil sedikit waktu untuk menyendiri. Itu perlu agar melatih akal kita untuk bisa mengolahnya menjadi lebih baik dalam rasa dan perbuatan, sekaligus mencipta rasa syukur yang luar biasa kepada Sang Maha Kuasa.
Dendam iya, lebih baik dipendam...
Masih ada ladang luas untuk berkreasi, jangan terpenjara oleh sebuah keinginan sanubari yang sebenarnya hampa...
Ciptakan Tagar Dua Ribu Sembilan Belas Penuh Kedamaian, itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H