Sekitar 30 detik lamanya, waktu yang dibutuhkan warna merah menyala itu untuk berganti jadi hijau, tanda jalan motorku dan beberapa kendaraan yang ada di belakang melaju lagi. Ya, aku ada di pertigaan Kota Che, tepat dari arah utara.
Saat berhenti menunggu yang hijau nyala (karena meski berbelok ke #kiri pun musti ikuti lampu rambu lalu lintas), sayub terdengar bisikan dua orang di bawah pohon depan toko sepatu. Yang terekam olehku, mereka berdua ini habis menyebrang jalan dari arah barat, mungkin karena cuaca panas luar biasa, akhirnya berteduhlah mereka di situ.
Sesampainya di bawah pohon, salah satu nyeletuk
"Eh, kang reklame gedhi kui kok podo ditelek i manuk",
"Hah, sing endi...oh....kui to, yo iyolah lha wong yen sore manuk-manuk do nangkring nang kabel listrik sing semrawut nduwur kui, mesti wae ditelek i", jawab satunya dengan semangat.
Tak berhenti disitu, yang bertanya tadi bermaksud memfoto dan kemungkinan besar mau dia upload.
Tapi....
"Hhhh.... Arep kok apakne, ojo mbok foto, ojo mbok aplod... iso dadi wirang mengko, ayoohhh...mlaku maneh, bajulll...", Begitu cekatan yang satu menghalangi keinginan kawannya mendokumentasikan apa yang sedang dibicarakan tadi dengan nada yang keras.
Benar juga, begitu tak sengaja dengar obrolan mereka, aku melihat samping kanan emang ada papan reklame besar yang kotor karena tahi burung kering yang menempel, reklame itu berisi sebuah iklan dengan seorang petinggi daerah yang jadi pemerannya.
Ha, karena mereka berdua, Jadi terlambat jalan, kena sanksi lampu merah lagi aku... Bajul pisan,
Hidup ini Makin Bebas, namun Makin Berbatas... Aku laju jalan motorku,