Mohon tunggu...
Sari Indah
Sari Indah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sudirman Said dan Pikiran yang Elegan: Integritas dan Prestasi Tak Bisa Dipisah

13 Juli 2017   11:57 Diperbarui: 13 Juli 2017   13:41 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudirman Said tak pernah letih-letih berbicara sesuatu yang ideal. Suara-suara kebenaran dan kebaikan selalu menjadi pilihan hatinya diujarkan melalui medium apapun asal saja bisa tersampaikan dan dibaca secara publik. Ungkapan-ungkapan Sudirman Said barangkali jika ditinjau dari konteks hari ini adalah sebuah ungkapan yang kian jarang. Kian sedikit orang, terutama jika mereka politisi, yang kian berkemauan untuk mengujarkan kalimat-kalimat bijaksana semacam itu.

Salah satu yang tak letih-letih diucapkan oleh Sudirman Said pagi ini adalah pentingnya integritas dan prestasi. Kalimat utuhnya begini: "Integritas dan prestasi tak bisa dipisah. Pemimpin jujur melihat masalah apa adanya untuk cari solusi nyata. Akumulasi solusi kan jadi prestasi yang lestari". (@sudirmansaid, 13 Juli 2017).

Dalam kamus Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English,integrity (integritas) adalah "...quality of being honest and upright in character", atau juga "...state or condition of being complete". Artinya, kualitas sebuah karakter yang jujur atau kualitas kejujuran sebuah karakter. Atau juga bisa berarti suatu kondisi atau keadaan (yang mendekati) kesempurnaan. Orang-orang dengan kualitas karakter ini adalah orang-orang yang menangkap keadaan dengan mata terbuka dan tergerak untuk menyampaikan apa adanya dan memiliki kehendak untuk menolongnya. Dengan menggunakan pernyataan yang disampaikan oleh Sudirman Said, "pemimpin jujur melihat masalah apa adanya untuk cari solusi nyata".

Bagi Sudirman Said, kejujuran adalah suatu keharusan. Bagi dia, kejujuran memungkinkan seseorang untuk mencari jalan keluar dari suatu problem yang dihadapinya dengan cara yang terbuka, tanpa ada sesuatu yang ditutupi. Kejujuran mendekati masalah dan menelusuri detail-detailnya. Bila ada suatu persoalan, sebut misalnya hari ini adalah persoalan kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan, bagi mereka yang jujur, persoalannya barangkali tidak serumit ini. Sebab pada akhirnya pemimpin yang jujur tidak berusaha menutup-nutupi apa yang ada. Pemimpin yang jujur bisa menunjukkan letak persoalannya. Yang semula rumit, yang seolah susah dibongkar, sesungguhnya itu hanya menunggu pemimpin dan setiap kita untuk jujur.

Persoalannya memang 'jujur' bukan sesuatu yang mudah. Sebagai sebuah kualitas karakter yang tinggi dalam kemanusiaan kita, jujur adalah barang mewah. Tak semua orang mampu menunjukkannya, bukan tak memilikinya. Jujur membutuhkan keberanian. Ada banyak yang sesungguhnya mengetahui persoalan-persoalan tertentu. Tapi kejujuran untuk mengungkapkan adalah persoalan lain yang membutuhkan keberanian. Maka tanpa keberanian kejujuran pada akhirnya hanyalah gerak hati yang diam, yang tak seorang pun dapat mengetahuinya.

Persoalan-persoalan di negeri ini membutuhkan orang jujur untuk mengatasinya. Tentu kualitas kejujuran tidak lantas mampu mengatasi semua persoalan. Tapi kejujuran dan keberanian mengungkapkan kejujuran membuat suatu persoalan terbuka dan terlihat oleh semua orang sehingga memudahkan mencari solusi-solusi yang mungkin untuk mengatasinya.

Adapun kata 'prestasi' adalah capaian. Dalam hakikatnya, pencapaian merujuk pada berhasilnya atau tercapainya apa-apa yang menjadi cita-cita atau harapan. Sudirman Said mengaitkan keduanya, integritas dan prestasi. Bahwa menurutnya kata 'prestasi' sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kejujuran atau integritas. Ungkapan ini bisa dimengerti. Sebab sebenarnya capaian sesungguhnya haruslah lahir dari persoalan yang memang sudah terbuka sepenuhnya titik persoalannya.

 Solusi yang sungguh-sungguh solutif hanya mungkin terjadi atau dihadirkan untuk suatu persoalan yang kemudian menjadi jelas titik persoalannya tanpa upaya atau ketakutan dari kita atau sebagian kita sehingga berusaha menyembunyikan. Jika sebuah persoalan ditutup-tutupi, tidak ada yang berani mengungkapkan secara jujur akar persoalan sesungguhnya, maka solusi yang dihadirkan tak lain hanyalah solusi semu. Tak ada solusi yang baik untuk sebuah persoalan yang sengaja dirumitkan atau ditutup-tutupi. Maka ada ungkapan 'berani jujur' itu hebat.

Alhasil, Sudirman Said mengatakan: Akumulasi solusi kan jadi prestasi yang lestari. Ini hanya mungkin terjadi apabila solusi-solusi itu adalah solusi yang lahir atas respon sebuah peristiwa yang pemimpin atau kita semua berani mengungkapkannya. Sekali lagi, jika tak ada yang berani jujur untuk menyatakan akar persoalan dari sebuah peristiwa atau perkara, maka solusi selamanya hanyalah dagelan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun