Mohon tunggu...
Sari Oktafiana
Sari Oktafiana Mohon Tunggu... Guru - A mother of five kids who loves learning

Living in the earth with reason, vision, and missions...but I can't make everybody happy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Stupid" Game

6 Juli 2012   21:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu kali, saya mendampingi putra-putra saya yang sedang bermain game online, kebetulan saya mengamati betul game online yang sedang dimainkan oleh putra saya yang masih berumur 7  tahun yaitu salah satu pilihan dari situs http://www.friv.com/, satu hal yang kita tidak dapat memungkiri adalah anak-anak kita adalah digital native, suatu generasi yang lahir dan tumbuh berkembang dengan internet, dalam periodisasi waktu anak-anak yang lahir era 1990-an sudah termasuk golongan digital native. Saya, secara pribadi sampai saat ini belum bisa memahami mengapa banyak orang seringkali menghabiskan waktu untuk membunuh waktu, kesepian, kesendirian bahkan menghilangkan fokus dan konsentrasi pada pekerjaan, tugas dilakukan dengan game online, ataupun yang menggunakan berbagai macam media gadget. Apapun namanya game adalah permainan for pleasure, entertainment. Tetapi menurut saya, dalam perspektif saya,  sulit bagi saya menemukan keasyikan bermain game secara virtual. Mungkin inilah karena saya, generasi yang masuk dalam kategori digital immigrants yaitu generasi yang dilahirkan dan dibesarkan sebelum berkembangnya ICT. Orang tua dan guru termasuk dalam digital immigrants. Kembali dengan isu yang mengemuka sejak awal adalah putra saya yang saya amati bermain game online lewat http://www.friv.com/, saya perhatikan betul pilihan karakter game yang putra saya pilih. Terdapat banyak sekali karakter game online dalam situs tersebut. Kebetulan putra saya memilih karakter orang dengan badan tegap dan membawa pentungan...lalu dalam kisah di game online tersebut orang tegap tersebut untuk mendapatkan uang atau koin, score dalam game bisa bertambah dia harus memukul apapun dan siapapun yang lewat. Tidak peduli manusia, hewan, tumbuhan ataupun benda...wahhh bagi saya, spontan waktu itu langsung kaget dan bertanya pada putra saya: "Adik itu kenapa harus mukul-mukul dan menghancurkan apapun yang dilewatinya?"..lalu putra saya menjawab: " untuk mencari uang, ibu"...wah langsung saya bilang ke putra saya...."Wah tidak bisa dengan cara sperti itu untuk mendapat uang, score atau appresiasi bila caranya harus mukul apapun. Itu jahat sekali..adik tidak boleh menirunya". Spontan dengan melihat hal tersebut saya perintahkan pada putra saya untuk stop, berhenti tidak boleh lagi meneruskan jenis dan karakter dalam game online tersebut. Jujur, saya memiliki ketakutan bila tipikal tersebut merasuk dan mempengaruhi alam bawah sadar anak-anak. Bisa kita bayangkan, akan sangat membahayakan bila dampak game online akan mempengaruhi cara pandang dan cara anak-anak menyikapi hidup apalagi dengan kekerasan. We have to stop it,as a parent.. Lalu saya sarankan putra saya untuk memilih karakter lainnya di situs game online tersebut yang tentunya dengan syarat non violence dan tidak pornografi. Menyikapi beberapa game online yang menurut saya "stupid game" dalam kategori semua games yang cenderung hanya memberikan enjoyment, pleasure, entertainment semata dan tidak menstimulasi critical thinking terhadap pemainnya. Kita sebagai orang tua, pendidik harus aware, hati-hati dan tetap keep on eyes terhadap jenis game online yang dimainkan oleh anak-anak kita. Berikut daftar dan menurut saya termasuk "stupid games" dengan violence :

  • Call of Duty
  • Grand Theft auto
  • God of War
  • Gears of War
  • Madgames
  • Man hunt
  • Toribash

1341610386411881143
1341610386411881143
Mohon para orang tua agar aware dan melihat, memastikan agar putra-putri kita tidak bermain game-game tersebut. Menurut riset Bartholow & Anderson(2002).  dalam karyanya; "Effects of Violent Video Games on Aggressive Behavior: Potential Sex Differences"  Journal of Experimental Social Psychology , 283-290., violent game dapat merubah karakter dan sikap pemainnya. Cenderung pemain tersebut akan menjadi lebih aggresif dan emosional. Dan menurut riset yang lain, Delamere & Shaw (2006). dalam karyanya" Playing with violence: Gamers' social construction of violent video game as tolerable deviance. Leisure/Loisir , 7-25. Mengatakan bahwa: "Other research on deviance has suggested that toleration of various forms of "deviant leisure" is rooted in a basic spirit of tolerance of others (Stebbins, 1996). From this perspective, tolerance of deviance or difference is a positive characteristic of modern democratic societies (Delamere & Shaw, 2006). For example, toleration of alternative sexual practices and identities, of alternative lifestyles, and of the use of psychoactive drugs such as marijuana, can be seen to reflect to social attitudes and moral norms that are associated with considerateness, leniency and fairness (Stebbins, 1996). "

Riset yang telah dilakukan oleh  Delamere & Shaw  membuktikan kalau violent games dapat menimbulkan penyimpangan sosial. Ini disebabkan oleh timbulnya toleransi terhadap sikap-sikap penyimpangan sosial yang ditunjukkan di dalam game tersebut. Dengan kata lain, dikarenakan para pemain itu sering melihat adegan-adegan yang senonoh itu, mereka menjadi terbiasa dan menerima adegan itu di dalam mindset mereka sebagai hal yang biasa.

Nah bisa kita bayangkan betapa bahayanya dampaknya bagi anak-anak kita yang memang kita tidak bisa memungkiri bahwa mereka adalah digital native. Kita pun harus aware bila anak-anak kita bermain di situs http://www.games.co.id/ yang biasa dimainkan oleh anak-anak. Kita harus selektif betul karena beberapa game dalam situs tersebut menurut saya berbau "pornografi". Termasuk game dengan bau agak kekerasan seperti dalam situs http://www.aq.com/.

Benteng pertahanan kita sebagai orang tua dan pendidik adalah menanamkan pada anak-anak kita nilai-nilai kehidupan yang humanis dan sustainable environment.

Salam smart parenting!

7 July 2012

Sari

Terima kasih untuk Randie, yang telah menjadi narasumber ibu untuk belajar tentang dampak Stupid game.

Bibliography:

Bartholow, B. D., & Anderson, C. A. (2002). Effects of Violent Video Games on Aggressive Behavior: Potential Sex Differences. Journal of Experimental Social Psychology , 283-290.

Delamere, F. M., & Shaw, S. M. (2006). Playing with violence: Gamers' social construction of violent video game as tolerable deviance. Leisure/Loisir , 7-25.

http://cache.toribash.com/www/Images/Main/screen1.jpg

indra-feriza.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun