Mohon tunggu...
Sari Oktafiana
Sari Oktafiana Mohon Tunggu... Guru - A mother of five kids who loves learning

Living in the earth with reason, vision, and missions...but I can't make everybody happy.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Part 1

17 Agustus 2011   04:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:42 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sama dengan yang lain, Saya juga geram ketika memikirkan dan melihat kondisi sosial, politik Indonesia yang gag karu-karuan oleh polah tingkah para politisi. Sebel, negara kok isine ngapusi,..nyidroni rakyate. Tetapi dengan melihat kondisi seperi itu tidaklah mungkin untuk prekk...alias tidak peduli 100 %. Simpati jelas...apalagi kita yang terlibat didalam negara ini dalam keterikatan Citizenship tidak mungkin akan tidak responsif, buktinya berapa juta facebookers Indonesia yang mengeluhkan tentang Indonesia tiap menitnya...itu menunjukkan kita empati. Saya, dengan posisi sebagai pendidik tentunya harus mengambil peran-peran untuk tetap mengajarkan bagaimana hal-hal yang seharusnya dilakukan dan diperoleh oleh dan bagi  warga negara. Biarlah para politisi yang tiap hari keluar masuk penjara kian membusuk tetapi mengajarkan kebaikan akan dan tetap menjadi warga negara yang baik dan benar harus tetap dilakukan. Negara punya kepentingan terhadap pendidikan itu sangat saya sadari sebagai sosiolog yang pernah mondok di Sospol. Sekolah merupakan saluran paling efektif untuk menanamkan paham wawasan kebangsaan itu pun saya akui dan saya buktikan sendiri. Anak-anak hampir tiap harinya menghabiskan waktu selama 8 jam sehari di sekolah, 6 jam di rumah dengan menonton televisi serta aktivitas lainnya lalu istirahat. Waktu efektif terbanyak rupanya berada di sekolah. 27 jam efektif belajar mengajar selama 5 hari belajar. [caption id="attachment_129778" align="aligncenter" width="300" caption="SMP Tumbuh Yogyakarta Independence day celebration. doc pribadi"][/caption] Dan 27 jam bukanlah waktu yang tanpa makna tetapi kaya makna. Anak-anak atau para siswa itu belajar banyak....bukan hanya pelajaran tetapi kehidupan. well...kembali pada tema nasionalisme. Tulisan ini ditulis bukan dalam rangka dimana akan menyambut Dirgahayu NKRI yang ke 66, dimana saya berikut warga sekolah lainnya begitu repot untuk menyiapkan berbagai macam acara untuk memperingati Ulang Tahun negara kami yang tercinta...Mulai dari latihan upacara bendera yang begitu protokoler tiap hari, peringatan akan independence day tanggal 16 agustus yang lebih memfokuskan pada nilai-nilai kebangsaan...tetapi tulisan ini dibuat dalam  konteks dan teks  yang lebih luas yaitu menanamkan nasionalisme. Siapa yang akan mengajarkan anak-anak itu lagu Rayuan Pulau Kelapa, Bagimu Negeri, Indonesia Pusaka,..dan masih banyak lagi lagu-lagu dengan nafas perjuangan untuk tetap mencintai dan berbuat bagi negeri ini, kalau bukan guru-nya? Siapa yang akan mengingatkan mereka akan jasa besar Para Proklamator, serta pahlawan nasional lainnya bila bukan guru-nya? walaupun orang sospol akan melihat...para pahlawan itu seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sisimangaraja XII dan banyak penguasa daerah jaman dulu berjuang untuk kepentingan memperjuangkan daerah mereka tetapi esensi perlawanan akan membela martabat dan harga negeri dengan tetes darah itu perlu ditanamkan kepada anak-anak. Saya yang berada di sekolah memang mempunyai instrumen untuk tetap mengajarkan nasionalisme...wanti-wanti benar kepada guru PPKN agar lebih menekan nilai-nilai kehidupan dalam bernegara secara partisipatif. Selain itu, dalam membentuk karakter dengan nilai-nilai nasionalisme dan kehidupan sehari-hari, sekolah memiliki program Monday assembly yang bersifat tematik untuk merayakan kehidupan, Kami selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya, ditambah lagu-lagu kebangsaan lainnya..well kecintaan dan bangga akan negara ini harus terus dipupuk dan hidup dalam kalbu pada anak-anak bangsa itu... Biarlah saya tetap mengajarkan nasionalisme tetapi tetap mengajak anak-anak berpikir kritis...siapa yang akan meneruskan kehidupan negeri ini kelak? Bila saya sudah sepuh..pastilah anak-anak ini...pastilah para generasi muda saat ini. Pada pundak mereka kehidupan negara dan negeri ini akan diberikan..... Dan marilah kita tetap mengajarkan nilai-nilai kehidupan dengan baik agar ke depan bisa bermimpi akan cerah-cerah perubahan ke arah yang lebih transformatif.. entahlah bagaimana wujud idealnya.. Pada dan demi para generasi muda itu lah negeri ini akan diberikan...karena satu-persatu dari kita akan mengalami seleksi alam yaitu kembali ke Tuhan.... Cheers! Happy Birthday Indonesiaku..Kau Semakin renta....semoga kau semakin bijaksana dan sakti.. Sari (Edukator di SMP Tumbuh Yogyakarta) Lirik lagu Rayuan Pulau Kelapa karya Ismail Marzuki Tanah airku Indonesia Negeri elok amat kucinta Tanah tumpah darahku yang muliaYang kupuja sepanjang masa Tanah airku aman dan makmur Pulau kelapa yang amat subur Pulau melati pujaan bangsa Sejak dulu kala Reff: Melambai lambai Nyiur di pantai Berbisik bisik Raja Kelana Memuja pulau Nan indah permai Tanah Airku Indonesia Source: http://liriklaguindonesia.net/lagu-nasional/ismail-marzuki-rayuan-pulau-kelapa/#ixzz1V2MucGBf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun