Mohon tunggu...
Sari Oktafiana
Sari Oktafiana Mohon Tunggu... Guru - A mother of five kids who loves learning

Living in the earth with reason, vision, and missions...but I can't make everybody happy.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kisah Tentang Sungai: Catatan dari tepi Sungai Surabaya

21 Desember 2011   22:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:55 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_157981" align="aligncenter" width="300" caption="Susur Kali Surabaya. Foto Doc. ECOTON"][/caption] Episode kali ini adalah ketika saya harus menemani murid-muridku menjelajah dan menyusuri Kali Surabaya. Kali Surabaya merupakan sungai yang membelah Surabaya dari mulai perbatasan daerah Sepanjang, Sidoarjo mengalir ke Surabaya hingga ujung Surabaya perbatasan Gresik. Apa yang kami lihat, apa yang kami temui ketika menyusuri Kali Surabaya dengan speed boat yang di setting perlahan. Sebagai informasi tambahan bahwa Kali Surabaya merupakan bahan baku dan salah satu sumber bagi penyediaan air PDAM Surabaya. [caption id="attachment_157983" align="aligncenter" width="300" caption="Sampah di Tepi Kali Surabaya. Foto Doc. ECOTON"][/caption] Yang kami lihat, kami temui sepanjang perjalanan kami menyusuri Kali Surabaya bila dikategorisasikan dengan pembedaan wilayah urban, sub urban hingga daerah industri di kawasan Gresik yang merupakan daerah hilir Kali Surabaya, saya hanya bisa meratapi kemunduran peradapan manusia yang nota bene hidup di alam modern dan dikatakan lebih beradap dari ancestor kita sebelumnya. [caption id="attachment_157984" align="aligncenter" width="300" caption="Sampah Di Kali Surabaya. Foto Doc. Prigi Arisandi. ECOTON"][/caption] What’s up? What’s going on? Ada apa dengan kisah tentang sungai-sungai di kota-kota besar di Indonesia? Mungkin jawabannya kalau saya tidak salah tidak jauh berbeda dengan Kali Surabaya yang makin hari semakin merana, dimana kita memandang sungai sebagai tempat sampah, tempat pembuangan apakah itu limbah pabrik, limbah rumah tangga dengan puluhan kubik limbah dari detergen, pasta gigi, shampoo, dan limbah kimia lainnya. Sungai yang dulunya mengalir dengan warna coklat dalam gulatan lumpur menjadi sungai yang berwarna hitam kepekatan dengan permukaan yang penuh sampah plastik. Inikah wajah sungai-sungai di kota-kota besar Indonesia? [caption id="attachment_157985" align="aligncenter" width="300" caption="Sampah-Sampah Di Kali Surabaya. Foto Doc. Prigi Arisandi, ECOTON."][/caption] Bila musim penghujan seperti saat ini datang apa yang terjadi dengan Kali Surabaya? Di beberapa Daerah aliran sungai ( DAS ) Kali Surabaya mendapatkan “berkah” musiman yaitu banjir. Banjir bukan lagi “Gift” seperti dalam sejarah ancient Egypt, dimana banjir dari sungai Nile dalam sejarah ancient Egypt adalah suatu peristiwa yang dirindukan oleh rakyat mesir kala itu. Sepanjang daerah sungai Nile mulai dari upper Egypt hingga lower Egypt akan menjadi subur dan kehidupan akan menjadi semarak, irigasi pertanian akan terjaga, tanah-tanah endapan sungai akan menyuburkan pertanian, pakan ternak akan terjaga, dan kegiatan perdagangan pun akan berjalan, sungai sebagai bagian vital dari kehidupan dan peradapan. Sungai sebagai pusat transportasi, pertukaran kebudayaan, sungai sebagai bagian dari pertahanan keamanan kekuasaan politik, sungai sebagai roda ekonomi, dan sungai sebagai basis kehidupan social. Bila belajar sejarah terutama the history of great civilization, kita akan menemukan hikmah akan pentingnya sungai dan bagaimana memperlakukan sungai untuk mengukur maju atau mundurnya peradapan. [caption id="attachment_157986" align="aligncenter" width="300" caption="Evolusi Manusia memperlakukan sungai. Foto diperoleh dari Prigi Arisandi."][/caption] Beberapa sejarah peradapan besar dunia menjadi great civilization seperti ancient Egypt dengan Nile river-nya, Ancient China dengan Yang Tze river dan Huang He river ( sungai kuning= terkenal dengan luapan lumpurnya ketika banjir ), India dengan Indus river, Mesopotamia dengan Euphrates river dan Tigris river. Salah satu faktornya adalah karena peran pentingnya sungai dan memperlakukan sungai sebagai bagian penting urat nadi kehidupan. Sungai akan menjadi berkah, mengalir dengan jernih, sejauh jangkauannya menuju lautan, samudera luas, sebagai tujuan akhir, bila pun banjir, luapan airnya tidak akan mengamuk tidak pada tempatnya, bila kita bersahabat dengan sungai dan dengan begitu the growth of civilization will be happen. Tidak mundur dan tidak akan menjadi bencana yang mengancam bila hujan tidak akan banjir membabi buta dan bila pun musim panas tidak akan mengering tetap mengalir. Tapi sayangnya, itu semuanya bagi kisah sungai di Indonesia hanya akan menjadi romantika belaka. Sungai-sungai yang membelah beberapa kota besar di Indonesia akan menjadi sebuah sungai yang menunjukkan wajah dan potret arah masa depan sebuah kota. Untuk menjadi Necropolis, kota yang tenggelam, kacau, dengan urbanisasi yang kian meningkat dan tidak seimbang dengan daya dukung kota dan buruknya manajemen pengelolaannya. Atau pilihan berikutnya menjadi kota organopolis, kota yang dinamis dengan good management in sustainable development and environment. Seimbang dengan rimba betonnya dan seimbang dengan hutan kotanya sebagai ruang air untuk meresap. [caption id="attachment_157987" align="aligncenter" width="300" caption="Kali adalah Sampah?? Foto Doc. Prigi Arisandi, ECOTON."][/caption] Kembali menyusuri Kali Surabaya, dari daerah urban sejauh mata memandang, dari kanan dan kiri yang kami lihat, pipa-pipa saluran limbah rumah tangga, WC umum yang jumlahnya puluhan tak terhitung lagi, sampah plastik mengapung menghalangi jalan perahu kami, dan terbayang bagaimana kehidupan ikan-ikan dan hewan-hewan invertebrata lainnya. Bagaimana mereka bisa bertahan dalam kondisi air, habitat mereka yang kian terancam untuk punah. Lalu perahu kami pun terus menyusuri hingga daerah sub urban, yang merupakan daerah kawasan Industri di Gresik. Pemandangan yang kami lihat awalnya DAS yang penuh rumput ilalang, tapi dibalik rumput ilalang terdapat pipa-pipa yang jauh lebih besar yang mengeluarkan air yang berbuih…tak tahu jenis sampah apa lagi yang sedang dibuang. Dan kami teliti bagaimana kualitas air Kali Surabaya di daerah urban dan sub urban hasilnya kualitas air di daerah urban lebih baik karena limbah yang mencemari masih limbah rumah tangga tetapi Kali Surabaya di daerah sub urban memasuki kawasan industri Gresik lebih buruk dengan kadar pencemaran yang lebih tinggi. Perahu kami pun kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang, DAS Kali Surabaya dari kanan-kiri merupakan potret ketimpangan dan kesenjangan adopsi pilihan modernisasi dan developmentalisme. Masih terdapat orang-orang yang tetap bertahan dalam segala keterbatasan yang kian menghimpit, kampung-kampung “kumuh” dengan pemandangan orang-orang yang mandi, mencuci di sungai yang berwarna coklat pekat dengan sampah yang mengapung. Dan sisi lainnya gedung-gedung yang menjulang tinggi yang menunjukkan kegagahan dari developmentalisme. Dari kisah tentang sungai, kemanakah kita akan membawa alirannya? Bersahabat dengan sungai atau sungai sebagai tempat sampah. Menjadi great civilization atau the decline of civilization? Alam liar tidak membutuhkan manusia,tapi sebaliknya! Sebuah kisah dari Program Deteksi Kali Surabaya dengan ECOTON Jawa Timur NB> Matur Nuwun Mas Prigi Arisandi untuk foto-foto tentang Kali Surabaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun