Mohon tunggu...
Sari Oktafiana
Sari Oktafiana Mohon Tunggu... Guru - A mother of five kids who loves learning

Living in the earth with reason, vision, and missions...but I can't make everybody happy.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dyah Wiyat dan Dyah Menur; Cinta, What's the Hell of Love?

30 Maret 2011   11:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:17 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_99093" align="alignleft" width="300" caption="sampul novel Gadjah Mada "][/caption] Dyah Wiyat atau Rajadewi Maha Rajasa adalah putri kedua dari Raden Wijaya pendiri kerajaan majapahit dengan putri Gayati.  Dyah menur hardiningsih adalah seorang perempuan yang terdapat dalam penokohan novel Gadjah Mada karya Langit Kresna Hariyadi. Dyah Menur, diceritakan dalam novel tersebut adalah istri pertama Raden Kudamerta yang juga merupakan suami Dyah Wiyat. Dalam sejarah kerajaan kuno di Indonesia bahkan hingga sekarang, Seorang raja ataupun penguasa memiliki istri lebih dari satu itu merupakan hal yang biasa. Memiliki selir, perempuan simpanan merupakan hal yang biasa. Hal itu merupakan fenomena dan kenyataan yang bukan sesuatu yang baru tetapi terjadi sepanjang sejarah peradapan manusia. Dalam tulisan ini saya tidak akan mengkaji tentang gender responsive tentang poligini, tetapi tulisan ini lebih mengkaji novel Gadjah mada seri 2, dari unsur ekstrinsik kisah percintaan tentang dua tokoh perempuan yaitu Dyah Wiyat dengan Dyah Menur. Menarik untuk dikaji dan menjadi point of view ketika saya membaca novel Gadjah Mada karena merupakan kisah cinta yang complicated/rumit serta mengharu biru. Sebuah kisah percintaan yang bukan hanya segitiga tetapi banyak segi. [caption id="attachment_99094" align="aligncenter" width="300" caption="gambar silsilah kerajaan Majapahit"]

13014863511955327176
13014863511955327176
[/caption] Diceritakan dalam novel Gadjah Mada karya Langit Kresna hariyadi seri ke-1 dan 2, bahwa Dyah Wiyat adalah sekar kedaton sebagai putri raja yang memiliki kedudukan sosial tinggi. Rupanya secara diam-diam dicintai oleh tabib kerajaan yang bernama Ra Tanca. Rupanya Dyah Wiyat juga mencintai Ra Tanca, yang hanya rakyat jelata. Tetapi kisah dua insan yang saling mencintai tidak berjalan indah, seindah kisah cinta mereka. Perbedaan status sosial menjadi jarak yang menghalangi integrasi cinta antara Dyah Wiyat dengan tabib Ra Tanca. Cinta dalam hal ini menjadi sesuatu yang begitu ideal yang begitu timpang dengan kenyataan. Menyadari kisah cinta yang sulit terwujud akhirnya Ra Tanca menikahi perempuan lain walaupun hati dan cintanya berada pada Dyah Wiyat seorang. Selanjutnya Dyah Wiyat dijodohkan pada lelaki yang kurang lebih status sosialnya sederajat yaitu dengan Raden Kudamerta atau Bre Wengker. Raden Kudamerta dalam novel tersebut diceritakan sebagai ksatria yang tampan, gagah, cerdas dan tangkas dalam militer, menjadi idola para gadis. Secara Status sosial perjodohan Dyah wiyat dengan Raden Kudamerta merupakan hal yang pas, cocok, dan sempurna. Kecantikan, ketampanan, kecerdasan, status sosial adalah parameter yang digunakan untuk menentukan konsep ideal. Tetapi ternyata Cinta tidak mengenal kata Ideal. Sebelum perjodohan Raden Kudamerta, rupanya raden Kudamerta sudah memiliki kekasih yang menurut novel gadjah Mada seri 2, Dyah Menur adalah istri dari Raden Kudamerta hingga memiliki putra 1. Entah, tidak dijelaskan secara lebih detail alasan Raden Kudamerta menerima perjodohan dengan Dyah wiyat. Sepertinya Cinta bukan alasan yang membuat Raden Kudamerta menikahi putri raja, Dyah wiyat. Karena hati dan Cinta-nya pada kekasihnya, Dyah Menur. Mungkin karena kekuasaan yang menjadi background pernikahan Dyah Wiyat dengan raden Kudamerta. Karena memang alasan seseorang menikah itu terdapat banyak faktor. Yang menarik, dikisahkan bagaimana konflik cinta yang begitu rumit dalam novel tersebut.Bagaimana kenyataan yang harus dihadapi oleh Dyah Wiyat yang menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya lalu menemukan kenyataan ternyata suaminya Raden Kudamerta telah memiliki kekasih pula yaitu Dyah Menur. Dikisahkan dalam novel tersebut, Raden Kudamerta tidak mengakui secara publik dan jantan bahwa dia telah beristri sebelum  menikah dengan Dyah Wiyat. Mendengar suaminya tidak mengakui kisah percintaan mereka, hati Dyah Menur hancur dan akhirnya lebih memilih meninggalkan suaminya dan pergi jauh. Mungkin bagi dua perempuan tersebut, berpandangan apalah artinya mengikuti cinta bila harus  menyakiti orang lain. Apakah benar bahwa Cinta merupakan sumber kebahagiaan? Bila harus menyakiti orang lain. Ending dari novel gadjah mada seri 2, adalah Dyah menur meninggalkan Raden Kudamerta suaminya walaupun Dyah Wiyat membujuknya agar mau berbagi suami. Karena memang Dyah Wiyat tidak mencintai Raden Kudamerta. So...What's the hell of love? Refleksi dari membaca Novel Gadjah Mada seri 2, Tahta dan Angkara karya Langit Kresna Hariyadi. Sari Oktafiana sumber gambar: http://1.bp.blogspot.com/_7u3SmJTbChU/TMu8ZJHR9tI/AAAAAAAAACU/reNEnSGkSvk/s1600/majapahit_kings_genealogy.gif http://begawanbuku.com/files/image_besar/Gajah%20Mada-Angkara.jpg

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun