"Semoga bukan yang aku takutkan, aamiin."
Selagi menunggu Sam kembali, aku kembali berjalan ke ruangan dengan banyak kubikel berisi komputer itu. Beberapa kubikel telah kosong dan dalam keadaan rapi sehingga tak membutuhkan sentuhan tanganku untuk merapikannya.
Ketika aku meninggalkan ruangan itu, perempuan dengan kemeja putih di ruangan lain melambaikan tangannya ke arahku. Aku segera memperpendek jarak kami.
"Iya, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Tolong kamu print file di sini dan taruh di ruangan saya, ya. Besok pagi saya harus menyerahkannya ke atasan," katanya.
"Baik, Mbak. Beres pokoknya."
"Makasih ya," dia diam sejenak, mencondongkan tubuhnya ke arahku sebelum meneruskan, "Julianto."
Aku hanya tersenyum sebelum segera teringat dengan pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
Sam telah menunggu ketika aku kembali ke ruangan tempat kami bertemu sebelumnya.
"Kau sudah absen?" Dia bertanya dengan tatapan memicing.
"Udah, Bang. Kenapa pula Abang liatin aku kayak gitu?"