Kamu mengangkat rok, berjalan berjinjit melewati genangan air sebelum menapaki lantai marmer yang kotor. Aku menahan wajah dengan sebelah tangan yang bertumpu di meja. Tepat di hitungan ketiga, kamu melambaikan tangan, berlari dan mendaratkan tubuhmu di kursi tanpa penghuni tepat di sisi kananku.
"Aku harus pelan-pelan supaya sepatuku nggak kotor. Hujan deras semalam bikin jalanan becek," keluhan keluar dari bibirmu.
Aku mengeluarkan ponsel milikku, menyambungkan headset sebelum memutar daftar putar musik di sana.
"Mau dengerin juga?" Aku memberikan sebelah pods ke arahmu.
"Makasih, Nu. Lagu apa, nih?" Matamu berbinar.
"Dengerin aja, kamu bakalan tahu," kataku, tak ingin menjelaskan maksud lebih jauh.
Dia hanyalah kenangan indah yang melintas di mataku
Aku bukanlah kasih, aku hanya teman curhatmu
Aku penasaran, apakah kamu juga mengerti maksudku lewat lagu itu. Lagu yang mungkin saja akan menjadi kenangan dalam memori hidupku.
#MY, 200323
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H