Mohon tunggu...
Lyfe

Review Hastag Kampusinternasional yang Viral di Media Sosial

26 Februari 2017   21:19 Diperbarui: 26 Februari 2017   21:26 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat teman-teman yang kebetulan sedang online di Twitter Sabtu 25 Februari kemarin, pasti nemuin hashtag #kampusinternasional di Top 10 Trending Topic Indonesia dari siang hingga menjelang tengah malam.

Saya pribadi penasaran dengan hastagh tersebut karena menjadi pembicaraan hangat selama berjam-jam di Twitter. Akhirnya saya mencoba untuk menelusuri dari awal pembicaraan sampai tidak terasa sudah seribuan tweet saya baca dengan metode membaca cepat hehe.

Menarik memang, awalnya beberapa netizen yang hampir semuanya anak muda menumpahkan kegelisahannya atas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sebagian dari mereka gelisah karena merasa tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk bersaing dalam MEA. Namun, sebagian lagi menanggapi dengan positif melihat dari semakin banyaknya kesempatan kerja yang akan tersedia.

Ya, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memang memiliki dampak positif juga negatif bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Dampak positifnya yang secara langsung dapat dilihat adalah terbuka lebarnya kesempatan kerja, yang dapat menjadi jawaban dari keterbatasan lapangan kerja jika dibandingkan dengan angkatan kerja yang membludak. Tetapi, menjadi sebuah pekerjaan rumah yang cukup berat ketika besarnya angkatan kerja tersebut tidak dibarengi dengan kompetensi yang memadahi. Berdasarkan data yang saya dapat, dari 122 juta angkatan kerja, sebanyak 114 juta pekerja dan 7,5 juta pengangguran rata-rata hanya lulusan kelas 2 SMP. Dari hal yang bersifat kompetensi tersebutlah kemudian dampak negatif MEA dikhawatirkan akan timbul.

Dalam pembicaraan hangat yang terangkum dalam hashtag #kampusinternasional ini, sebagian besar anak muda sepakat bahwa solusi dari kegelisahan tersebut adalah mengembalikannya pada dunia pendidikan. Ya, dunia pendidikan memang menjadi sebuah awal di mana tenaga kerja dipersiapkan. Tanpa melihat latar belakang, pendidikan adalah sebuah sistematika yang merencanakan masa depan setiap anak bangsa. Sehingga permasalahan ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan yang dimaksud adalah pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja dengan tingkat pendidikan formal menengah dan penguatan teori serta soft skill bagi mereka yang berlatar belakang perguruan tinggi.

Dalam diskusi di media sosial Twitter tersebut, beberapa cuitan menilai angkatan kerja di Indonesia minim keterampilan kerja menilik dari data Human Development Index (HDI) yang mencatat bahwa sebagian besar tenaga kerja tidak pernah mengikuti pelatihan keterampilan. Sementara yang berlatar belakang Universitas menilai bahwa dalam MEA, diperlukan pengalaman dan jejaring yang kuat pada lingkungan global.

Pembicaraan kemudian berkembang ke solusi yang lebih konkret atas kegelisahan yang timbul. Sesuai dengan sektor prioritas dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berjumlah 12 sektor, di antara lain produk berbasis agro, produk berbasis karet, produk berbasis kayu, e-ASEAN, kesehatan, transportasi udara, elektronika, pariwisata, tekstil dan produk tekstil, perikanan dan produk perikanan, otomotif, dan jasa logistik. Netizen membagikan informasi perihal rencana pemerintah yang sedang merancang pendidikan dan pelatihan vokasi yang di tahun ini yang diprioritaskan di beberapa bidang terkait semisal pembangunan infrastruktur, sertifikasi tanah rakyat, industri manufaktur, farmasi, dan pariwisata.

Sementara sebagian besar netizen lainnya, turut merekomendasikan program menarik yang dilaksanakan oleh Universitas, yang dinilai sebagai langkah tepat mempersiapkan pemuda Indonesia menghadapi MEA. Salah satu program yang direkomendasikan cukup banyak netizen dalam diskusi tersebut adalah SGU Goes To Europe. SGU Goes To Europe adalah inisiasi dari Swiss German University (SGU) demi menciptakan generasi yang tidak hanya kuat secara teori, tetapi juga kaya akan pengalaman teknis serta memiliki jejaring kuat di lingkungan Global. 

Merupakan sebuah Program Kerja Magang, SGU Goes To Europe bekerja sama dengan lebih dari 40 Perusahaan Multinasional ternama di Eropa seperti BMW, Siemens, Coca-cola dan perusahaan farmasi Boehringer Ingelheim. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, sampai saat ini Swiss German University (SGU) telah memberangkatkan lebih dari 2000 mahasiswa guna menimba pengalaman di Eropa.

Selain keuntungan finansial karena sebagian besar dari mereka yang mengikuti Program SGU Goes To Europe mendapat gaji selayaknya karyawan. Tidak sedikit pula mereka yang kemudian bekerja di Perusahaan Multinasional tempat peserta menjalani program magang. Dengan begitu, mereka akan memiliki jaringan yang tentunya sangat bermanfaat dalam perjalanan meniti karir. Melihat realisasi dari program tersebut, tidak mengherankan jika kemudian banyak netizen menyarankan bagi calon mahasiswa untuk masuk ke kampus yang berlokasi di The Prominence Tower Alam Sutera tersebut.

Kurang lebih seperti itu review saya soal trending topic #kampusinternasional yang sempat membuat gaduh Twitter. Semoga diskusi bermanfaat semacam ini terus berkembang di media sosial, agar media sosial tidak hanya berisikan propaganda politik yang tidak bermanfaat bagi masyarakat luas. Ke depannya, semoga Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak menjadi boomerang bagi Indonesia yang sedang kebanjiran angkatan kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun