Mohon tunggu...
Mohammad Sarifudin
Mohammad Sarifudin Mohon Tunggu... -

Student at School of Business and Management, ITB

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruangan Khusus Wanita?

7 April 2014   04:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13967955051192953830

Sekitar dua bulan yang lalu saat perjalanan dari Stasiun Jakarta Kota menuju Blok M menggunakan Transjakarta. Ketika bus berhenti di halte Monas dan keadaan agak sepi, saya iseng dan berhasil mengambil foto yang menurut saya suatu saat layak untuk dijadikan bahan diskusi (hehe) yaitu himbauan di ruang khusus wanita. Saya miris melihat penumpang transjakarta yang jelas- jelas terpampang stiker bertuliskan “ ruang khusus wanita”, tetapi sepanjang pengamatan saya masih ada saja penumpang pria yang masuk ke area tersebut. Hal tersebut terjadi ketika bus dalam keadaan penuh, dan petugas yang melihat hal tersebut terlihat fine- fine saja. Padahal fungsi utama dari penambahan ruangan khusus wanita ini adalah untuk menghindari aksi pelecehan seksual. Begitu istimewanya kedudukan seorang wanita, sehingga di berbagai fasilitas transportasi publik seperti gerbong kereta api commuter line (KRL) dan Transjakarta dibuatkan ruangan khusus untuknya.


Di tengah gembar- gembor persamaan gender yang sudah lama diperjuangkan oleh R.A Kartini melalui gerakan emansipasi wanitanya, beberapa tahun belakangan ini mulai menunjukkan hasil, adanya ruangan khusus wanita seperti sebuah kemunduran. Wanita yang berusaha keras supaya kedudukannya setara dengan pria harus tabah menerima kenyataan bahwa mereka perlu “perhatian khusus”.


Namun pada kenyataannya, saat ini banyak bermunculan fenomena yang sering disebut cabe- cabean dan terong- terongan. Mereka (antara cewek dan cowok) seperti tidak ada batasan lagi, bahkan kerap kali memperlihatkan eksistensinya di area publik tanpa rasa malu istilahnya woles ajalah, hidup- hidup gue !
Nah, melihat fenomena- fenomena tersebut, masih pantaskah “area khusus wanita” diadakan diberbagai fasilitas publik? Masih dan haruskah ”wanita jadi yang utama”?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun