Fenomena pemilihan Ketua Umum HIPMI memang tidak pernah terlihat tidak seru. Hal inilah yang membuat Musyawarah Nasional (MUNAS) HIPMI yang digelar setiap tiga tahun sekali menjadi wadah yang selalu hangat dan menarik untuk diikuti. Sejak organisasi ini didirikan pada tahun 1975, tidak bisa dipungkiri bahwa Ketua UMUM HIPMI adalah tokoh muda nasional yang kemudian menjadi pemimpin-pemimpin berpengaruh di bisnis dan di pemerintahan. Sebut saja beberapa nama seperti Sandiaga Uno, Erwin Aksa, Muhammad Lutfi, Hariadi Sukamdani, Sharif Cicip Sutardjo, Aburizal Bakrie dan Abdul Latief.
Dihadiri oleh Presiden dan para Menteri, Munas HIPMI pun turut dihadiri oleh lebih dari 40.000 pengusaha muda dari seluruh Indonesia yang menunggu dengan tegang siapa pemimpin baru mereka tiga tahun ke depan.
Di saat semua pihak masih menunggu dan belum dapat memastikan siapa dari tiga kandidat Ketua Umum yang akan menang, MUNAS HIPMI yang berlangsung di Bandung pada 11-13 Januari 2014 ini  sebenarnya telah mengukir sejarah. Bahlil Lahadalia, dengan catatan perjalanan yang memukau dan menginspirasi banyak kalangan.  Seorang pengusaha muda pertambangan dan properti asal Papua yang mulai bekerja sejak umur 12 tahun karena Ibunya adalah seorang tukang cuci dan ayahnya seorang kuli bangunan, maju sebagai kandidat terkuat Ketua Umum HIPMI di MUNAS Bandung kali ini. Bahlil, 37 tahun, berhasil mengungguli dua kandidat lainnya yaitu Bayu Priawan Djokosoetono (penerus generasi ketiga dari pendiri dan pemilik perusahaan Taxi Blue Bird) dan Andhika Anindyaguna (lulusan Inggris, mantan pembalap mobil F3, putra dari Johnny Hermanto pengusaha minyak besar di jaman Orde Baru).
Menurut sumber berita yang ada di link ini (http://www.jpnn.com/read/2015/01/13/281014/Optimistis-Pemilihan-Ketua-Umum-HIPMI-Hanya-Satu-Putaran), Bahlil diperkirakan akan menang satu putaran. Bahkan banyak daerah yang langsung memberikan rekomendasi tunggal untuk Bahlil karena Bahlil memang memulai pengabdiannya di HIPMI dari bawah sejak 10 tahun yang lalu. Selain itu Bahlil juga didukung oleh para Senior dan pendiri HIPMI seperti Abdul Latief, Erwin Aksa, Rosan Roeslani, dan Sandiaga Uno.
Cerita hidup Bahlil sendiri memang menarik bagaikan menonton sinetron TV Indonesia. Di Detikcom (http://finance.detik.com/read/2015/01/12/131924/2800628/68/bahlil-lahadalia-calon-ketum-hipmi-asal-papua-yang-pernah-jadi-sopir-angkot) ditulis bahwa Bahlil Lahadalia adalah anak kuli bangunan dan kuli cucian yang masa mudanya makan saja susah, bahkan harus jadi supir angkot dan kerja di pasar mendorong gerobak untuk menyambung hidup.
"Saya bangga sekali dengan prestasi kedua orangtua saya yang walaupun miskin tapi tidak pernah berhenti berusaha supaya anak-anaknya bisa sekolah dan bisa punya masa depan yang lebih baik," kata Bahlil seperti dikutip salah satu media terkemuka.
Sekarang Bahlil sudah jadi pengusaha besar dan menjadi calon terkuat Ketua Umum HIPMI yang baru. Sedangkan kedua lawannya kalau baca profil mereka di media massa adalah anak-anak konglomerat dari Jakarta yang memang sudah besar usahanya. Tidak ada yang salah dengan itu, tapi tidak ada yang istimewa juga. Bila Bahlil terbukti keluar sebagai pemenang dalam MUNAS Bandung ini, maka setiap anak muda dari Sabang sampai Merauke, apapun latar belakang pekerjaan orangtuanya bisa tetap berharap banyak dan bisa tetap bercita-cita tinggi. "Asal dibarengi dengan kerja ikhlas, kerja keras, dan tidak pernah berhenti menambah ilmu dan keterampilan," tambah Bahlil.
Bahlil bisa menjadi contoh konkrit bagi setiap pendorong gerobak, supir angkot, kernet bis kota, pedagang kaki lima, atau apapun pekerjaan kita bahwa selama dikerjakan dengan profesional bisa menatap masa depan dengan senyum sambil siap menyambut peluang berikutnya.
"Kaya Dengan Nilai vs Nilai Kekayaan?"
Selain profil para kandidat, banyak hal penting lain yang perlu diingat, dicatat dan dipelajari yang tidak boleh kita biarkan terkubur di antara hiruk pikuk dan serunya acara MUNAS HIPMI di Bandung kali ini.
Mari kita berkilas balik sejenak, mengamati perjalanan MUNAS kali ini tiga sampai enam bulan yang lalu. Ada setidaknya tiga peristiwa penting yang membuat MUNAS HIPMI kali ini sangat bersejarah dan sangat menentukan nasib HIPMI ke depan.
Pertama adalah ketika para senior dan pendiri HIPMI dikabarkan cukup resah dengan perkembangan HIPMI yang semakin terasosiasi dengan materi dibandingkan substansi. Hal ini membuat kualitas, citra dan pengaruh HIPMI sebagai organisasi kader terkemuka di Indonesia semakin menurun. Rumor ataupun fakta, kabarnya para senior HIPMI merasa para pengurus dan anggota HIPMI lebih sering berfoya-foya untuk berlomba menunjukkan kekayaan.
"Bukannya berkolaborasi untuk berbagi dan berkarya, kok malah semakin saling lomba kekayaan dengan bagi-bagi uang kepada para pemilik suara di setiap provinsi. Kalau begini caranya biaya kampanye kandidat Ketua Umum akan semakin mahal. Lama-lama MUNAS akan kehilangan substansinya," kata salah satu senior HIPMI menyayangkan "money politics" yang ternyata semakin menjamur di kalangan organisasi bisnis dan industri.
Padahal sejak didirikan di tahun 1975, HIPMI dikenal sebagai organisasi pertama dan satu-satunya yang menerapkan prinsip demokrasi "one man one vote" dalam memilih pemimpinnya. Dan siapapun yang terpilih hanya bisa menjabat satu periode saja tanpa bisa diperpanjang. Semua ini dimaksudkan agar waktu singkat yang dimiliki setiap rezim kepemimpinan dimanfaatkan untuk berkarya, meningkatkan kapasitas, meningkatkan jaringan, dan membina generasi yang lebih muda untuk menjadi kader penerus. Pendek kata, kalau diimplementasikan dengan serius dan benar, tidak ada waktu untuk berfoya-foya.
Kekhawatiran ini yang kemudian mendorong para senior HIPMI untuk menyadarkan anggota dan pengurus yang lebih muda, sambil mencari kandidat yang memiliki nilai-nilai moral yang kuat untuk dijagokan sebagai Ketua Umum HIPMI 2015 - 2018.
Peristiwa penting kedua datang dari salah satu mantan Kandidat Ketua Umum, Priamanaya Djan (putera dari Djan Faridz, Mantan Menteri Perumahan Rakyat, pemilik Tanah Abang sekaligus pengusaha besar di bidang pertambangan dan energi). Pria yang juga salah satu Ketua di Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam pidato pengunduran dirinya Pria menyatakan dengan tegas bahwa dirinya sedih dan muak dengan prilaku bagi-bagi uang untuk mendapatkan suara. Niilainya dikabarkan mencapai milyaran rupiah.
"Saya mengundurkan diri dari pencalonan karena ingin memberi pesan tegas bagi semua kader HIPMI. Bahwa pemimpin pengusaha muda sejati ditunjukkan dengan karyanya, bukan dengan kekayaannya. Bahwa kemampuan, pengabdian, dan integritas kita tidak boleh digadaikan, Kalau tidak, siapapun Ketua Umum HIPMI yang akan datang menjadi tidak penting karena HIPMI akan ditinggalkan oleh masyarakat," kata Pria dalam pidatonya.
Pidato pengunduran diri Pria disampaikan di hari yang sama dengan pengumuman pencalonan Bahlil. Pria juga menyatakan dukungan penuhnya untuk Bahlil dengan syarat Bahlil harus berjuang dengan nilai-nilai yang baik.
Peristiwa ketiga terpenting adalah ketika Bahlil akhirnya mengumumkan pencalonan dirinya sebagai kandidat Ketua Umum. Bahlil yang kabarnya sempat ragu untuk maju karena merasa kurang sepadan dengan kandidat-kandidat yang lainnya akhirnya siap untuk bersaing. Pengumuman tersebut disambut dengan gemuruh dan semangat dari seluruh kader HIPMI yang hadir di Museum Gadjah, Jakarta. Sejak itu di setiap polling yang dibuat, dukungan terhadap Bahlil terus meningkat dan mengungguli dua kandidat lainnya. Angka-angka tersebut memberikan harapan bahwa sejarah baru sedang diukir. Sejarah yang bukan hanya penting untuk HIPMI, tapi untuk semua anak muda yang mencari teladan, yang berjuang mengandalkan harapan.
Setiap orang muda di bawah umur 40 tahun tentunya akan termotivasi untuk bisa sukses, dikenal, dikagumi, dan punya pengaruh di usia yang masih muda. Itulah atribut unik dari seorang Ketua Umum HIPMI. Seyogyanya, semua atribut tersebut bukan saja daya tarik utama kenapa para tokoh muda rela berkompetisi habis-habisan untuk memenangkan jabatan Ketua Umum HIPMI. Semua atribut tersebut sekaligus merupakan prasyarat yang akhirnya membuat seseorang terpilih sebagai Ketua Umum HIPMI. Karena semua atribut itu harus diperjuangkan dengan kerja keras, kerja ikhlas dan nilai-nilai yang bisa diteladani banyak orang. Bukan dibeli dengan harta warisan.
Go anak Papua mantan supir angkot!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H