Mohon tunggu...
Sari Fatimah
Sari Fatimah Mohon Tunggu... -

Sari Fatimah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ramai, Protes Penghapusan Do’a di Sekolah oleh Anies Baswedan

17 Desember 2014   00:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:10 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Telah ramai isu yang telah menyebar , bahwa pernyataan dari Anies Baswedan dengan pernyataannya yaitu Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan mengatakan, saat ini masih ada fenomena sekolah negeri yang sering menjalankan praktik agama sesuai agama mayoritas saja. Maka dengan hal itu, fenomena tersebut tidak boleh terjadi lagi. Anies menjelaskan bahwa pada awalnya Tatib doa itu disusun terkait keluhan orang tua murid terhadap tata cara berdoa yang dinilai mendominasi agama tertentu. Kemudian pernyataan diatas telah ramai di bantah banyak pihak diantaranya :

1.Ustad Yusuf Mansur

Ustadz Yusuf Mansur menyatakan rasa kecewa sekaligus keprihatinannya melalui akun twitter pribadinya, @yusufmansur. Ustadz Yusuf Mansur yang sempat mempertanyakan dan mengklarifikasi kebijakan ini menekankan bahwa beliau (yang cukup representatif di kalangan ummat Islam) akan tetap menegur pihak yang meresahkan umat, khususnya pemerintah. Dalam tweet-nya, pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri ini mengapresiasi kaum Muslimin yang telah melakukan peran pengawasan terhadap pemerintah, media massa, dan masyarakat sendiri. Begitulah seharunya tokoh masyarakat dan publik (khususnya kaum Muslim). Dengan fenomena media sosial, sesungguhnya fungsi pengawasan juga bisa lebih cepat dan efesien. Wallahu a’lam.*

2.Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr Ali Mustafa Yakub

IMAM Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr Ali Mustafa Yakub mengatakan, jika ada revisi atau penghapusan doa di sekolah, hal tersebut masuk dalam rencana protokol Zionisme nomor 14. “Aneh bila mau direvisi, seperti ada skenario untuk berupaya melakukan penghapusan agama seperti dalam protokol Zionisme nomor 14,” ujar Mustafa Rabu (10/12).Mustafa sangat menentang sikap Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan yang ingin melakukan revisi terhadap doa di sekolah. Menurutnya, doa di sekolah tidak bermasalah dan berjalan dengan normal.Selain itu, menurut Mustafa doa di sekolah sudah sesuai dengan aturan dan tidak ada pemaksaan kepada seorang anak untuk meyakini satu agama saja.

“Beberapa waktu belakangan ini saya melihat ada unsur-unsur yang ingin memecah belah dan menghapus agama di seluruh dunia termasuk Indonesia, bila revisi tersebut berhasil diterapkan untuk mempraktikkan semua agama maka itu merupakan kemenangan satu langkah komunisme,” kata Mustafa seperti dikutip Republika. Menurut Mustafa, hal itu sudah terlihat sejak Indonesia mengusung pluralisme agama, pernikahan beda agama, penghapusan kolom agama di KTP dan sekarang doa di sekolah yang ingin direvisi.

Sebelumnya, Menteri Anies Baswedan, mengungkapkan, pihaknya ingin agar kegiatan belajar-mengajar (KBM) dibuka dan ditutup dengan doa bersama oleh guru dan para murid di tiap kelas. Anies menilai hal terebut dilakukan agar KBM berlangsung dalam suasana yang religius.Namun, Anies menekankan, nilai-nilai religius itu tidak hanya berpusat pada agama tertentu, meskipun itu agama yang dipeluk oleh mayoritas warga sekolah negeri setempat. Alih-alih demikian, Kemendikbud ingin agar semua agama yang dianut oleh setiap peserta didik diberi kesempatan yang sama untuk ditampilkan praktik doanya

ØSedangkan menurut saya berdasarkan pengalaman selama saya sekolah di SD, SMP,SMA Negeri tidak terdapat masalah mengenai do’a pembuka dan penutup selama proses pembelajaran. Telah di ketahui di sekolah Negeri tidak hanya anak yang beragama Islam saja tetapi juga ada Kristen, Katolik. Selama tata tertip itu berlansung selama bertahun-tahun tidak satu pihak pun dari sekolah saya yang menentang atau tidak setuju mengenai pemberlakuan do’a sebelum proses belajar berlansung. Karena menurut saya sendiri , do’a itu juga penting dalam mengawali sesuatu agar dapat di ridhoi oleh Allah SWT. Sebagi contoh saja di kelas saya tidak semuanya muslim tapi juga ada katolik dan kristen, disaat mulai berdoa tidak ada yang saling terganggu karena saat berdoa tidak dilafalkan dengan keras melainkan berdoa dalam hatinya (batinnya) masing- masing. Dan setiap yang memimpin doa juga mengatakan bahwa berdo’anya menurut agama dan keyakinan masing-masing, dan tidak ada paksaan berdoa berdasarkan dan menjurus pada satu agama saja.

ØJadi tidak ada masalah donk selama doa tersebut tetap berjalan tidak ada pertengkaran ataupun pertentangan yang terjadi selama proses berlangsung. Selama itu baik kenapa harus diperdebatkan masalah doa’nya, so selama kita tidak mengganggu agama lain dan saling menghormati semuannya akan terasa indah.

Demikian pendapat saya apabila ada salah kata saya moho maaf. Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun