Di perguruan tinggi pun mahasiswa harus memulai dari nol kembali untuk mewujudkan cita-citanya, bahkan ada yang tak memiliki cita-cita karena kuliah hanya sekedar ikut-ikutan atau karena tidak ada kegiatan alias pengangguran.Â
Di perguruan tinggi pun ia baru memulai segalanya, dan kebanyakan gagal mendapatkan pekerjaan, atau bekerja tapi tidak sesuai keahlian atau bidangnya, atau mendapatkan pekerjaan tetapi tidak memiliki kompetensi.
Maka kiranya, tidak ada salahnya sistem pendidikan di Indonesia ini dibenahi menuju lebih baik, pendidik harus siap untuk menjadi pengajar dengan kompetensi yang mumpuni, dan harus mau untuk belajar sepanjang hayat.Â
Jika pendidikan tidak mau berbenah, bagaimana bisa melahirkan generasi-generasi emas, bagaimana bisa membawa Indonesia untuk lebih maju lagi, bagaimana bisa Indonesia bersaing dengan negara-negara lainnya.
Bagi pemangku kebijakan, ayolah wujudkan merdeka belajar, sejahterakan para guru honorer. Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi mereka juga punya keluarga, butuh sandang, papan, dan pangan, sama seperti pejabat-pejabat tinggi, bahkan saya kira jabatan guru lebih tinggi dari jabatan apapun di muka bumi ini.
Sebagai penutup, mari mengingat sejarah. Ketika Jepang terpuruk dengan hancurnya Kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom Amerika,Â
Jepang saat itu lumpuh total. Korban meninggal mencapai jutaan. Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu. Kaisar Hirohito mengumpulkan kepada semua jendral yang tersisa, katanya,
Berapa jumlah guru yang tersisa? Kita telah jatuh karena kita tidak mau belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang, tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak belajar, bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.
Semoga bermanfaat.
Sumber rujukan:Â