Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) adalah sebuah film drama keluarga yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama karya Marcella FP. Sebelum di filmkan, bahkan sebelum bukunya dipasarkan, NKCTHI sudah berhasil menarik minat pembaca. Tentang hal ini baca tulisan kompasianer Oktavia Wijaya dengan judul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.
Film NKCTHI dibintangi oleh Rachel Amanda sebagai Awan (anak bungsu), Rio Dewanto sebagai Angkasa (anak sulung), Sheila Dara Anisa sebagai Aurora (anak tengah), Ardhito Pramono sebagai Kale, Aglia Artalidia sebagai Lika, Donny Damara sebagai Ayah, dan Susan Bachtiar sebagai Ibu.
Bagaimana lika-liku cerita, latar cerita, dan lagu-lagu yang mewarnainya bisa dibaca tulisan menarik dari kompasianer Yonathan Cristanto dengan judul "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini", Surat Cinta untuk Keluarga yang Terasa Hangat dan Personal, juga tulisan Andri Mastiyanto yang berjudul 4 Sisi "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" yang Bikin Banjir Air Mata.
Dalam tulisan ini saya lebih tertarik membahas tentang sosok ayah.
Ayah Mengapa Kau Selalu Ingin Menang?
Dari banyak keputusan baik yang pernah aku buat, cuma dua yang terbaik. Menikahi kamu, dan jadi ayah buat anak-anak.
Begitu juga ketika Awan bergaul dengan Kale (teman Angkasa) yang menurut ayahnya menyebabkan Awan berubah, ayah pun menyalahkan Angkasa. "Mengapa kamu tidak menjaga adikmu?" Sehingga Angkasa selama 21 tahun merasa tidak punya kebebasan untuk menjalani kehidupannya sendiri.
Tuntutan ayah kepada Angkasa untuk selalu menjaga adik-adiknya ini berdampak pada hubungannya dengan Lika, pacarnya. Lika menganggap Angkasa tidak bisa jauh dari bayang-bayang ayahnya. Lalu bagaimana mereka bisa menempuh ke jenjang yang lebih serius jika selama 4 tahun ini tidak ada perubahan pada diri Angkasa untuk menentukan pilihannya sendiri?
Bahkan disaat Angkasa sedang meeting pun ayah sibuk sekali menanyakan Awan kepada Angkasa, "kemana Awan pergi? Kenapa sudah malam belum pulang juga?" Sampai akhirnya Angkasa ditegur oleh bossnya di kantor karena lebih mengutamakan masalah pribadi (keluarga) dibanding urusan kerjaan.
Yang bisa nolong aku ya aku sendiri, bukan orang lain.