Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Toleransi ala Saya

2 Januari 2020   14:43 Diperbarui: 2 Januari 2020   14:47 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toleransi. www.netralnews.com

Menjelang tahun baru saya memposting foto kegiatan bakar ikan dan jagung di status whatsapp saya, menunjukkan bahwa saya sedang merayakan tahun baru dengan acara bakar-bakaran. 

Saya beri caption, "selamat tahun baru, selamat membakar masa lalu". Lalu tiba-tiba saja salah seorang teman mengomentari status whatsapp saya dengan sebuah vidio, begini isi vidio tersebut.

"Euforia tahun baru menjangkiti seluruh negeri, bahkan negeri-negeri kaum muslimin. Meskipun perayaan tahun baru masehi bukan salah satu perayaan umat muslim. Jika melihat dari sejarahnya, tahun baru adalah tradisi kaum pagan untuk menghormati dewa janus dewa dengan dua muka, yang dapat melihat masa lalu dan masa depan. Jika dilihat dari propertinya, banyak sekali hadharah-hadharah kaum kuffar yang dipakai, seperti topi kerucut, terompet, dan kembang api. Sebagai kaum muslim kita tidak hanya dituntut untuk menjalankan seluruh syari'at Islam, tetapi juga menghindarkan diri dari hal-hal yang sifatnya tasyabuh, yaitu mengikuti kebiasaan kaum kuffar. Maka, hukum merayakan tahun baru adalah haram. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia menjadi bagian dari kaum tersebut."

Respon saya terhadap teman saya? No respon, hanya saya read. Inilah toleransi ala saya, membiarkan. Terserah orang lain mau merespon bagaimana. Sudah 7 tahun lebih saya berada dalam lingkungan yang memperdebatkan pro-kontra ucapan tahun baru, ucapan natal, ucapan selamat ulang tahun, dan larangan-larangan lainnya. 

Hingga pada akhirnya saya memilih mengambil sikap no respon jika ada yang memperdebatkan itu, bahkan jika saya sendiri yang mengucapkan selamat tahun baru kepada para netizen whatsapp, atau selamat natal kepada pakdhe saya yang merayakan natal, atau mengucapkan selamat ulang tahun kepada kakak saya yang tanggal 15 Desember kemarin ulang tahun.

Sebenarnya tak mengucapkan pun tidak apa-apa menurut saya, mengucapkan pun juga tidak apa-apa. Tidak masalah. Masalah orang lain sibuk sekali memperdebatkan ini tak boleh, itu tak boleh, ya itu urusan mereka, toh bagi saya akidah saya masih lurus-lurus saja. 

Masih sholat lima waktu, masih suka baca al Qur'an, masih suka membaca kisah-kisah dalam al Qur'an, ya pada intinya saya merasa saya masih beragama Islam.

***

Hari ini tidak sengaja saya bertemu kakak tingkat saya waktu kuliah. Kebetulan dulu kami pernah satu organisasi, sehingga saya cukup kenal dekat dengan dia. Kami bertemu di bus.

"Mas." Sapaku.

Dia cukup kaget. Lalu aku mempersilahkan dia duduk disebelahku. Kita ngobrol diawali dari pertanyaan tujuan masing-masing. Dia mengatakan bahwa akan menuju ke Salatiga, sekarang dia kuliah di tempat calon pastur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun