Ketika anak berusia anak-anak, lihat potensi apa yang dia miliki, dan bantu dia untuk mengembangkan potensi-potensinya. Bantu dia untuk berani berkompetisi. Bantu dia untuk mencintai teman sebayanya dan tidak membeda-bedakannya. Biarkan dia bermain, dan melakukan hal-hal yang dia suka.
Ketika anak berusia remaja, maka ia mulai merasakan jatuh cinta, ingin mendapatkan penghargaan, ingin diakui, ingin diberi pujian, maka seorang ibu seharusnya tidak mengguruinya, tidak membatasi pergaulannya, tidak menakut-nakutinya, tidak menuduhnya sembarangan, tidak menginterogasinya. Tapi ibu bisa menjadi teman curhatnya, menjadi seorang yang nyaman untuk anak ajak bicara.
Ketika anak berusia dewasa, ijinkan dia menjalin relasi yang sehat dengan siapapun, jangan menjadi ibu sebagai momok yang menakutkan untuk anak, dukung dan beri motivasi saat anak sedang down, katakan hal-hal yang baik, bantu anak untuk tidak stress dengan kehidupan orang dewasa, bantu anak untuk melupakan kesalahan-kesalahannya.
Bantu anak untuk memahami bahwa takdir kehidupan setiap manusia itu berbeda, jangan membanding-bandingkan kehidupan kita dulu dengan kehidupan anak kita yang sekarang, bahkan jangan banding-bandingkan kehidupan orang lain yang tampak menyenangkan dengan kehidupan anak kita.
Ibu, sejak dini, bantu anakmu mencintaimu, bukan membencimu karena aturan-aturan yang kau terapkan tanpa kesepakatan kita berdua.
Selamat hari ibu untuk ibuku, dan untuk ibu sedunia.
Baca:Â Orangtua Harus Belajar Sepanjang Hayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H