Gadis kecil itu mengenakan seragam sekolah, duduk sendiri menunggu bus datang.
Di sebrang jalan tempat gadis kecil itu duduk, dua orang anak  jalanan memainkan alat musiknya yang terbuat dari kayu dan tutup botol minuman, mereka menyebutnya itu kencrengan. Mereka meminta uang dari para pengendara mobil, untuk lagu yang mereka bawakan. Meski beberapa pengendara mobil memilih tak membuka kaca mobilnya. Gadis kecil itu menatap mereka. Seperti tatapan kosong, tapi entahlah apa dia paham kondisi semacam itu.
Tak jauh dari pengamen kecil itu, ada pula seorang penyandang difabel, yang hanya mengenakan kruk (alat bantu berjalan yang berupa tongkat dengan pegangan alat ditengah, dengah cara dijepit di ketiak untuk membantu mereka berjalan). Dia menjajakan korannya, berharap mobil yang berhenti di lampu merah itu membeli barang satu korannya. Lagi-lagi gadis kecil itu hanya menatap, tak berkedip. Bahkan ia seperti tak menghiraukan para pegawai kantoran yang juga menunggu bus.
Di depan para pegawai kantoran yang sedang sibuk memainkan handphone itu, berdiri seorang pengamen tua. Mungkin usianya sekitar 60-70an, atau bisa kurang, bisa juga lebih. Usai menyanyikan sebuah lagu lawas dengan nada sumbang, dan entah apa judul lagu itu, pengamen itu mengeluarkan kantong permen, berharap mendapatkan rejeki dari para pegawai kantoran, atau pegawai lainnya yang ada disitu. Mungkin barang limaratus, seribu, atau paling banyak duaribu.
Ketika pengamen tua itu berjalan kearah gadis kecil itu, gadis kecil itu merogoh kantong seragamnya dan mengulurkan uang limaribuan. Pengamen tua yang berniat tidak berhenti itu pada akhirnya berhenti, memandang gadis kecil itu dan menanyakan sebuah pertanyaan.
"Nak apakah kamu bisa pulang jika uang ini kamu berikan kepada kakek tua ini?"
Gadis itu hanya mengangguk, menandakan bisa pulang. Kakek tua itu menerima uang itu, dan berniat mengembalikannya pada gadis kecil itu.
Hei, tapi coba dengar apa yang dikatakan gadis kecil berseragam merah putih itu, "itu rejekimu kakek, untuk makan hari ini. Bukankah kakek belum makan sejak tadi?" Dan gadis itu tersenyum, menaruh tangannya di dada, menandakan tak perlu dikembalikan.
Kakek tua itu tersenyum kepada gadis kecil itu, dan mendoakannya.
Entahlah, apakah gadis kecil hari itu memberikan pelajaran berharga kepada setiap orang yang ada disitu atau tidak, tapi yang jelas ia akan tumbuh menjadi bidadari berhati malaikat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI