Tari Rejang merupakan salah satu tari tradisi di Bali yang ditarikan oleh perempuan secara berkelompok atau massal. Ada beberapa jenis tari Rejang, yaitu : Rejang Renteng, Rejang Bengkel, Rejang Ayodpadi, Rejang Galuh, Rejang Pelak, Rejang Membingin, Rejang Makitut, Rejang Haja, Rejang Negara dan Rejang Dewa. Untuk yang terakhir, yaitu tari Rejang Dewa mempunyai keistimewaan dibanding yang lain. Karena tarian ini tidak boleh dipentaskan di sembarang tempat, tetapi hanya boleh dipentaskan di tempat-tempat yang dianggap suci oleh umat Hindu. Yaitu di halaman jero (dalam) atau jabe (luar) tengah dari sebuah pura dan pada saat upacara keagamaan. Misalnya pada saat upacara puncak Ngenteg Linggih. Ngenteg dalam bahasa Bali artinya mengukuhkan dan Linggih adalah kedudukan. Jadi upacara Ngenteg Linggih adalah upacara telah selesainya pembuatan bangunan untuk pemujaan atau pada waktu melasti (upacara tiga hari sebelum hari raya Nyepi). Tetapi jika suatu ketika tari Rejang Dewa ini dipentaskan di jabe (luar) sisi pura, yang penting pementasannya selalu berdekatan dengan tempat suci atau sesaji.
[caption id="attachment_249752" align="aligncenter" width="576" caption="tari rejang dewa pada acara tawur ageng di pelataran candi prambanan thn. 2013 (foto by levy)"][/caption] Ada apa dengan tari Rejang Dewa ? Mengapa sampai sebegitu ketat aturan-aturannya ? Hal itu kerena tari Rejang Dewa adalah tarian sakral atau tari persembahan simbol bidadari-bidadari yang menuntun Bathara/Dewa turun ke bumi untuk bersemayam pada benda - benda suci (pratima) di pura. Gerakan- gerakan tari Rejang merupakan gerakan tari yang sederhana dengan pola lantai yang sederhana pula dan ditarikan oleh gadis - gadis yang belum pernah mendapatkan haid /menstruasi. Sehingga para penari Rejang Dewa masih kecil, seumuran dengan anak-anak SD. Dengan balutan busana keagamaan yang didominasi warna putih , kuning dengan hiasan kepala yang terbuat dari janur, aroma dupa dan iringan gamelan Gong Kebyar /Gong Gede semakin melengkapi se-sakralan tarian ini. Salam budaya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H