Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Teman Bukan Toxic

5 November 2024   10:47 Diperbarui: 5 November 2024   12:58 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabar Kompasianer semua ??? Pada artikel saya kali ini, saya akan bercerita tentang pertemanan dengan salah satu pegawai museum tertua di kota Solo yang masih termasuk baru. Pertemanan itu berawal ketika pada tanggal 10 Oktober 2023 saya berkunjung ke museum Radya Pustaka karena ingin mencari referensi atau sumber informasi tentang beberapa hal. Tentang jamu-jamu tradisional dan jenis-jenis perhiasan jaman dahulu.

 Saya sampai di museum masih pagi. Kira-kira jam 09.00 wib. Meski museum sudah buka namun masih sepi. Saya adalah pengunjung pertama. Tampilan Radya Pustaka sangat berbeda. Lebih terang, bersih, tertata dan terawat. "Aura" museum-pun saya rasakan ketika saya berada di ruang pamer keris sampai pada tepat dimana Rajamala disimpan.

Berhubung dari awal datang saya tidak menemui buku-buku, maka saya bertanya kepada salah seorang pegawai laki-laki yang masih tergolong muda disana. Olehnya saya arahkan menuju ruang yang agak ke dalam dan menemui Mbak Yanti, perempuan berkaos kuning. Saya pun menuju kesana dan sesampainya disana ada perempuan bertubuh kecil di depan PC. Sayapun bertanya, apakah beliau adalah Mbak Yanti. Dan ternyata benar. Sayapun kemudian mengutarakan maksud kedatangan saya. Dengan cepat Mbak Yantipun mencarikan buku-buku yang saya perlukan. 

Sayapun kemudian mencatat bagian-bagian dari buku tersebut dalam laptop saya. Setelah semua saya rasa cukup, saya pamit dan mengucapkan terima kasih. Diantara waktu saya mencatat, sesekali kami berbincang tentang Radya Pustaka waktu lalu. Sebelum saya pulang, saya minta nomer WA-nya. Siapa tahu suatu ketika perlu kesana lagi dan Mbak Yantipun dengan senang hati memberikan nomer WA-nya.

Obrolan dan perbincangan kami berlanjut, saling komen dari story WA. Sayapun jadi lebih sering ke Radya Pustaka ketika disana ada kegiatan. Dari obrolan WA, kamipun akhirnya bertemu lagi diluar jam kerja. Ternyata...banyak kesamaan diantara kami. Dari olahraga, karakter, bahkan sampai pada isi tas. Aneh, lucu tapi nyata. Obrolan kamipun nyambung.

Gb. 2 Proses racikan setelah dicuci, setelah kering dipilah-pilah dan salah satu contoh hasil jadinya (ft.koleksi pribadi)
Gb. 2 Proses racikan setelah dicuci, setelah kering dipilah-pilah dan salah satu contoh hasil jadinya (ft.koleksi pribadi)

Belum lama, tepatnya saat hari ulang tahun Radya Pustaka ke-134 yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober, saya ke Radya Pustaka lagi. Karena ada undangan. Sesampai disana, sayapun diantar untuk melihat apa-apa saja yang dipamerkan disana dan cerita sejarah dibaliknya.

Diantara obrolan kami, entah kenapa tiba-tiba saya bercerita kalau salah satu jarik tulis alm Bapak saya yang sedang saya wiru (seni melipat kain jarik dengan ukuran dan arah motif tertentu) untuk tugas among tamu ternyata ada bagian yang bolong-bolong kecil. Otomatis kegiatan miru saya hentikan, jarik tidak saya pakai dan sayapun ganti wiru jarik lainnya. Sedih dan sayang sekali. Melihat jarik tulis lawas, bisa jadi usianya lebih tua dibanding usia saya dengan kondisi seperti itu. Apakah bolong-bolong itu karena usia, atau karena ngenat dan sejenisnya kurang tahu. Karena selama ini perawatan yang saya lakukan hanya menggunakan kapur barus.

Gb 3 Jarik tulis motif Kawung Solo yang bolong-bolong (ft.koleksi pribadi)
Gb 3 Jarik tulis motif Kawung Solo yang bolong-bolong (ft.koleksi pribadi)

Mbak Yanti dengan cepat memberikan tips untuk mengawetkan jarik tulis dengan bahan alami. Yaitu merica, cengkeh, kayu manis dan kayu gaharu. Betapa senangnya saya mendapatkan ilmu baru yang begitu bermanfaat. Seketika sayapun bertanya, dimana saya bisa membeli kayu gaharu. Karena diantara racikan alami itu yang paling asing adalah kayu gaharu.

Tidak berapa lama dari hari tersebut, tepatnya tanggal 1 November 2024 saya belanja bahan racikan tersebut di Pasar Gedhe. Salah satu pasar tradisional kota Solo yang besar, lengkap dengan kwalitas dagangan yang super. Untuk cengkeh dan kayu manis dan merica masing-masing Rp. 10.000,-. Sedangkan kayu gaharu seharga Rp. 60.000,-.

Setelahnya, saya ke Nonongan. Salah satu daerah kota Solo yang banyak menjual souvenir dan pernak-perniknya. Setelah memasuki beberapa toko, akhirnya mendapat yang saya mau. Tas kecil untuk tempat racikan seharga Rp. 15.000,- sejumlah 10 pcs.

Sesampai rumah, bahan-bahan racikan tadi saya cuci semua. Untuk menghilangkan kotoran dan debu-debu yang menempel. Setelah kegiatan mencuci selesai, bahan-bahan tadi saya jemur sampai benar-benar kering termasuk kayu manis dan gaharu yang membutuhkan waktu lebih lama untuk kering. Hal tersebut dilakukan supaya tidak berjamur ketika dimasukkan ke dalam almari.  

Setelah dipastikan semua bahan racikan kering, maka saatnya memilah-milah. Karena tas yang saya beli berjumlah sepuluh (10) maka, bahan racikan tadi saya bagi sepuluh (10). Dan....bahan racikan dengan aroma rempah sudah siap ditempatkan di dalam almari untuk menemani jarik-jarik tulis yang mempunyai nilai seni yang tinggi dan sejarah yang luar biasa. Selain itu juga bisa dipakai untuk mengawetkan pakaian yang kita pakai sehari-hari.

Gb. 4 Saya dan Mbak Yanti ketika pertama bertemu (ft. koleksi pribadi)
Gb. 4 Saya dan Mbak Yanti ketika pertama bertemu (ft. koleksi pribadi)

Setelah browsing ternyata bahan racikan tersebut mempunyai khasiat atau manfaat yang luar biasa. Misalnya untuk merica selain bisa mencerahkan warna pakaian juga bisa menghalau binatang perusak kain (jarik) sejenis ngengat dan lainnya. Kayu manis, selain mengeluarkan aroma yang harum namun bernuansa pedas. Nah, nuansa pedas ini juga yang ditakuti oleh serangga perusak kain. Cengkeh, ada senyawa kimia yang terkandung di dalam cengkeh seperti eugenol, asetil, kariofelin, vanillin. Semuanya akan menghasilkan aroma yang kuat dan segar. Sedang gaharu.

 Di dalam kayu gaharu mengandung zat antitoksin dan anti mikrobazat yang sangat bagus untuk bahan pengawet dan anti rayap karena kokoh dan kuat. Selain itu aroma yang dihasilkan begitu lembut, sehingga memiliki efek menenangkan dan meghilangkan stress. Bahkan ada teman yang mengatakan, kalau kayu gaharu bisa untuk mengusir lelembut.  Wallahu a'alam bishawab.

Begitu banyak manfaat yang dihasilkan dari alam dalam kehidupan manusia secara menyeluruh. Semoga kita semakin sadar bahwa lingkungan hidup serta alam memiliki yang sangat peran penting serta bisa menjaganya tetap stabil untuk kehidupan generasi berikutnya.

Terima kasih, Mbak Yanti atas tips dan pertemanan yang belum lama ini. Semoga kebaikan-kebaikan selalu menyertai panjenengan. Aamiin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun