Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengejawantahkan Loro Blonyo dari Dunia Imajiner

5 Februari 2024   14:58 Diperbarui: 7 Februari 2024   08:19 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gb. 2 Busana dan asesoris para penari yang melambangkan kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan (ft. koleksi pribadi)

Bagi masyarakat Jawa, Loro Blonyo bukan sesuatu yang asing. Adalah patung berbentuk sepasang figur pengantin Jawa yang diinterpretasikan sebagai simbol pengantin yang dirias atau didandani agar keduanya saling tertarik dan bisa meluluhkan hati.

Loro Blonyo berasal dari Bahasa Jawa: loro yang berarti dua dan blonyo berarti luluran/blonyohan.

Jika diartikan dalam bentuk kata kerja bahasa Jawa "amblonyoi werna jenar" artinya melumuri dengan warna kuning.

Selain itu Loro Blonyo juga sebagai simbol "wadhah tumuruning wiji" yang berarti tempat bibit bertumbuh atau lambang kesuburan dan keharmonisan rumah tangga, sehingga sering dijumpai patung tersebut diletakkan di dekat pengantin. Dengan harapan pengantin segera diberi momongan. Sebagai tolak bala, kedua wajah patung diblonyo/dibaluri dengan warna putih.

Menurut catatan sejarah patung Loro Blonyo berkaitan erat budaya dan strata masyarakat. Patung tersebut ada sejak masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah kerajaan Mataram antara tahun 1476 (portal informasi Indonesia). Hanya kaum priyayi etnis Jawa saja yang memiliki dan menempatkannya di senthong, area pribadi bagi pasangan suami istri.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman patung Loro Blonyo banyak dijumpai di rumah-rumah Joglo, ditempatkan di sisi kanan kiri pintu masuk atau ruang keluarga sebagai bagian interior ruangan.

Sejarah singkat dibalik Loro Blonyo

Menurut tesis Ersnathan Budi Prasetyo yang berjudul "Loro Blonyo Studi Bentuk dan Perkembangan Fungsi Serta Aplikasinya pada Media Lain Dalam Masyarakat di Surakarta", dikisahkan, karena di kahyangan Batara Guru merasa kesepian, maka diciptakankan wanita cantik dan diberi nama Retno Dumilah atau yang lebih dikenal dengan Dewi Sri.

Karena saking cantiknya Batara Guru justru jatuh cinta dengan ciptaannya tersebut. Namun, Dewi Sri menolak secara halus dengan mengajukan tiga syarat. Dan, nahasnya tiga syarat tersebut tidak bisa dipenuhi oleh Batara Guru.

Merasa diremehkan, Batara Guru marah dan mengutus Kala Gumarang untuk menyelidiki hal itu, karena Batara Guru merasa ada dewa lain yang menghalangi niatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun