Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Eyang Koconegoro, Pringgondani, dan Gatotkaca

5 Agustus 2022   16:32 Diperbarui: 6 Agustus 2022   18:02 2928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancuran Pitu/Tujuh (foto: pribadi)

Bagi pecinta wayang, terutama cerita Mahabharata pasti sudah tidak asing dengan tokoh Gatotkaca dan Pringgondani sebagai kasatriyannya. 

Benar, Gatotkaca adalah anak dari Bima dengan Dewi Arimbi dari bangsa raksasa. Nama kecil Gatotkaca adalah Jabang Tetuka dan setelah dewasa diberi wilayah kekuasaaan atau kasatriyan Pringgondani. Kasatriyan adalah tempat untuk seorang satriya. Namun, Pringgondani disini bukanlah Pringgondaninya Gatotkaca.  

Pringgondani disini adalah sebuah tempat tetirah yang berlokasi di desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu,Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dengan ketinggan 1.300 Mdpl. Tetirah sendiri dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mempunyai arti pergi ke suatu tempat lain dan untuk sementara waktu. 

Contohnya untuk memulihkan kesehatan dll. Sehingga, bagi sebagian orang yang datang kesini adalah untuk bermalam atau menginap. Lantas, bila yang datang tapi tidak menginap apakah tidak boleh ? Boleh-boleh saja. 

Dan bukan rahasia lagi, bahwa Gunung Lawu adalah gunung dengan seribu misteri. Pun dengan Pringgondani. Pringgondani berasal dari kata pring (bambu), nggon (tempat), dani/ndandani(memperbaiki). Sehingga bila digabung Pringgondani adalah tempat atau lokasi untuk memperbaiki diri.

Laku spiritual bagi sebagian besar masyarakat Jawa adalah yang biasa/lumrah. Terlebih di bulan Suro seperti sekarang. Sudah sejak dulu Pringgondani dikenal sebagai tempat wisata religi dan masuk dalam kawasan hutan Perhutani. 

Untuk menuju tempat ini dibutuhkan fisik yang kuat. Kontur tanah yang naik turun dan udara dingin banyak pepohonan tinggi dan suasana sunyi menambah kesan wingit dan angker lokasi ini. 

Siang hari saja sudah terasa apalagi malam. Banyak yang kesana dengan maksud/keinginan-keinginan tertentu. Misalnya naik jabatan, bisnis lancar, karir cemerlang, study lancar atau hanya olahraga sambil menikmati segarnya udara pegunungan. 

Jika rejeki, saat kita sampai atau saat kita mau pulang atau selama perjalanan disana kita akan ditemani burung Jalak Lawu atau Anis Gunung dengan bahasa Latin Turdus Poliocephalus. Burung kecil gesit dan lincah yang berbulu hitam dengan paruh merah. 

Pertapaan Eyang Koconegoro (foto: pribadi)
Pertapaan Eyang Koconegoro (foto: pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun