Congklak adalah salah satu permainan tradisional yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Permainan ini sering dimainkan oleh anak perempuan. Di daerah Jawa, permainan ini dikenal dengan nama dakon atau dhakon. Sedang di daerah Lampung dikenal dengan nama dentuman lamban dan di Sulawesi dikenal dengan nama makaotan, manggaleceng, anggalacang dan nogarata. [caption id="attachment_288012" align="aligncenter" width="240" caption="Papan dhakon (ft : ensiklonesia.blogdetik.com)"][/caption] Dhakon dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan papan berlobang yang dinamakan papan dhakon. Ukurannya 14 x 7. Papan dhakon ada yang terbuat dari plastik dan kayu dengan 16 buah lobang yang terdiri dari 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Biasanya dalam permainan sejenis batu-batuan kecil, biji-bijian dari tumbuhan (misalnya biji bunga tanjung) digunakan sebagai biji congklak. Bagaimana cara bermain dhakon ? [caption id="attachment_288015" align="aligncenter" width="365" caption="Dua pemain dhakon (ft :permata-nusantara.blogspot.com)"]
[/caption] 1. Dua orang pemain bisa laki-laki atau perempuan duduk saling berhadapan dengan menghadap papan
dhakon yang dikenal sebagai "kampung". 2. Untuk awalan, keduanya bermain serentak atau bersamaan dengan mengambil buah
dhakon yang sudah diisi pada masing-masing lobangnya. Biasanya berjumlah 7 buah. Mereka memasukkan satu per satu buah
dhakon tersebut ke dalam setiap "kampung" menuju ke rumah masing-masing menurut arah jarum jam sampai salah satu pemain berhenti di kampung yang kosong, baik di kampung sendiri maupun kampung lawan. Jika mereka memakai sistem " tembakan", jika biji
dhakon tinggal satu dan berhenti di kampung sendiri, pemain bisa menembak "kampung" lawan dan mengambil semua biji
dhakon yang terletak persis di depan biji dhakon yang tinggal satu tersebut. Tapi jika mereka memakai sistem "pikulan" biji terakhir
dhakon harus berada diantara dua "kampung" yang berisi biji
dhakon di "kampung" lawan. 3. Pemain lawan mengambil giliran untuk meneruskan permainan sampai bijinya mati. Jika biji terakhir jatuh di "kampung" sendiri, pemain boleh meneruskan permainan dengan mengambil biji yang masih banyak di mana saja di wilayah "kampungnya". Sebaliknya, jika biji terakhir jatuh di kampung lawan, maka permainan itu mati begitu saja. Tapi jika biji
dhakon terakhir jatuh di "kampung yang besar"Â atau sering juga disebut lumbung, pemain boleh terus. 4. Setiap pemain akan meneruskan permainan sampai kehabisan biji
dhakon. Permainan berakhir jika salah satunya sudah benar-benar tidak bisa menjalankan biji
dhakonnya. Kemudian keduanya akan menghitung jumlah biji
dhakon yang didapat. Yang lebih banyak adalah pemenangnya. Jika keduanya masih mau melanjutkan permainan, mereka akan mengisi kembali "kampung-kampungnya" sesuai biji yang didapat. Jika biji bersisa, dimasukkan di dalam "lumbung" atau "kampung yang besar" yang terletak di ujung papan. Tapi jika bijinya kurang, akan ada "kampung" yang kosong. 5. Jika keduanya sudah bosan, mereka bisa memulai lagi permainan
dhakonnya dengan mengisi penuh setiap "kampung-kampungnya". Selain untuk refreshing, congklak atau
dhakon juga bisa melatih kita untuk jujur, belajar mengatur strategi, bersosialisasi dan ikut melestarikan salah satu permainan tradisional negeri ini. Salam budaya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya