Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tumbuhan dalam Pernikahan

9 September 2014   21:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:11 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, khususnya Solo ada tahapan-tahapan yang dilalui ketika seseorang akan melangsungkan upacara pernikahan. Jika tahapan lamaran, midodareni dan ijab qobul sudah terlaksana maka akan dilangsungkan upacara resepsi.

Biasanya di pintu masuk rumah (gedung tempat upacara dilangsungkan) calon pengantin perempuan dipasang tuwuhan. Tuwuhan dalam bahasa Indonesia berarti tetumbuhan atau tumbuhan. Sehingga tuwuhan terdiri dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Namun, sebelum tuwuhan dipasang, terlebih dahulu ayah calon pengantin perempuan memasang bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa sebagai simbol atap atau peneduh dan pertanda bahwa si empunya rumah tersebut akan mempunyai hajat mantu.

[caption id="attachment_323024" align="aligncenter" width="315" caption="Bleketepe (ft by suarapembaruan.com)"][/caption]

Ditilik dari sejarah, tata cara tuwuhan mengambil ajaran dari Ki Ageng Tarub (salah satu leluhur raja-raja Mataram) yang saat itu menikahkan anak perempuannya yang bernama Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawen. Sebelum upacara pernikahan berlangsung, Ki Ageng terlebih dahulu membuat peneduh yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Hal ini dilakukan karena rumah Ki Ageng tidak begitu luas sehingga tidak muat untuk menerima tamu yang banyak. Untuk itu, tamu yang berada di luar dibuatkan payon atau peneduh yang terbuat dari anyaman kelapa yang kemudian hari disebut tarub. Yang diambil dari nama pembuatnya, yaitu Ki Ageng Tarub.

Sedangkan tata cara memasang tarub adalah ayah calon pengantin perempuan naik tangga sedangkan ibu membantu memegangi tangga sambil memberikan bleketepe. Hal ini melambangkan adanya kerjasama kedua orang tua yang menjadi pengayom dan contoh untuk calon pengantin atau anak-anaknya.

[caption id="attachment_323025" align="aligncenter" width="275" caption="Sepasang tuwuhan dipasang di pintu masuk(ft by korry.febriani.blogspot.com)"]

141024795596867254
141024795596867254
[/caption]

[caption id="attachment_323026" align="aligncenter" width="336" caption="Tuwuhan dari jarak dekat (ft by tipspilar.com)"]

14102480231970032419
14102480231970032419
[/caption]

Adapun tuwuhan terdiri dari :


  1. Bambu wulung : bentuknya lurus, warnanya hitam, pangkalnya kuat. Sehingga digunakan sebagai penyangga gapura tarub. Hal ini memuat pesan bahwa kelak si pengantin dalam mengarungi bahtera rumah tangga mempunyai pijakan atau dasar yang kuat.
  2. Buah pisang raja yang sudah masak beserta pohonnya : dipilihnya buah pisang yang sudah masak, diharapkan calon pengantin sudah mempunyai pemikiran yang masak tidak labil. Sedang dipilihnya pisang raja, diharapkan kedua mempelai mempunyai kedudukan yang terhormat di masyarakat seperti layaknya raja.
  3. Tebu wulung : tebu adalah singkatkan dari antebing kalbu atau kemantapan hati. Diharapkan kedua mempelai sudah mantap dengan pilihannya. Tebu wulung berwarna merah tua, rasanya manis. Ini menggambarkan kehidupan yang serba enak. Sedang wulung artinya sepuh atau tua. Diharapkan jika sudah hidup di masyarakat kedua mempelai mempunyai sifat temuwa atau dewasa dan bijaksana dalam bersikap.
  4. Janur kuning : janur adalah singkatan dari sejaning nur (cahaya sejati yang berasal dari Allah SWT). Diharapkan kedua mempelai selalu memperoleh cahaya Ilahi dalam berumah tangga. Menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya.
  5. Cengkir gading : cengkir singkatan dari kencenging pikir. Hal ini diharapkan supaya kedua mempelai kekuatan dan kemantapan pikir terhadap pasangannnya. Cengkir gading adalah bakal buah kelapa yang berwarna kuning. Hal ini mengandung makna rahim atau tempat jabang bayi. Sehingga diharapkan supaya kedua mempelai segera mendapat keturunan yang sholeh atau sholehah.
  6. Daun kluwih : hal ini mengandung makna kedua mempelai dalam mengarungi bahtera kehidupan mempunyai rejeki luwih atau berlebih. Baik dari sisi kesehatan atau kekayaan. Sehingga bisa berdarma untuk sesama.
  7. Daun andong : bentuk daunnya lurus. Diharapkan kedua mempelai nantinya selalu bertindak yang lurus dan berguna untuk orang lain.
  8. Daun girang : mempunyai warna cerah, bersih dan tidak berbulu. Diharapkan kedua mempelai selalu memperoleh kegembiraan dan tidak menyakiti orang lain.
  9. Daun alang-alang : sejenis rumput yang hidup dimana-mana, tahan panas dan hujan. Diharapkan kedua mempelai tahan terhadap segala godaan dan cobaan. Serta mempunyai semangat yang tinggi untuk membina keluarga sakinah, mawadah , warohmah.
  10. Daun opo-opo : berupa berbagai jenis dedaunan. Hal ini dimaksudkan supaya diberi keselamatan dan kelancaran selama acara berlangsung.
  11. Daun beringin : diharapkan rumah tangga kedua mempelai kuat dan kokoh seperti pohon beringin.
  12. Padi : melambangkan kemakmuran. Diharapkan kedua mempelai diberi kecukupan pangan dan rendah hati seperti ilmu padi.

Secara keseluruhan tuwuhan melambangkan pengharapan akan datangnya kemakmuran, semangat hidup baru yang terus berkembang dalam membangun rumah tangga, mempunyai keturunan yang baik serta selalu dalam lindungan-Nya.

Salam budaya...


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun