Mohon tunggu...
Sari Dewi Astuti
Sari Dewi Astuti Mohon Tunggu... Guru - Belajar sepanjang hayat

Meraih Bintang Tinggi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Hidup

23 Mei 2019   19:50 Diperbarui: 23 Mei 2019   20:18 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kami semua yang tergabung di perusahaan itu berlayar berhari-hari hingga akhirnya kami sampai di Kota Surabaya. Saat itu, yang ada diotakku adalah "Apa aku bisa bertahan di kota sebesar ini? Tantangan hidup di sini pasti lebih besar dibandingkan dengan pulau sebelumnya yang pernah kuinjak."

Hari demi hari terlewati dengan berbagai macam cerita yang terukir di dalam diary hidupku. Diary yang nantinya bisa diceritakan pada anak cucuku. Seiring waktu berlalu, manajerku yang baik hati meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Saat itu, sekali lagi aku merasa kehilangan. 

Padahal, aku sudah menganggap beliau (almarhum) seperti bapakku sendiri. Saat itu aku berpikir, "Kenapa Tuhan selalu mengambil hal-hal baik dalam hidupku?" Aku menyesal terlahir ke dunia, meratapi hidup yang sudah aku lalui. Aku rapuh!

Akan tetapi, Tuhan selalu memiliki rencana indah di balik duka yang kualami. Di saat seperti itu, ternyata ada cinta sejati yang menantiku. Ya ..., dia adalah Pria yang saat ini menjadi suamiku. Aku memang sudah mengenalnya semenjak aku bergabung di perusahaan di mana tempat aku bekerja, dan dari sejak awal bertemu di tanah kelahiranku. Aku sudah jatuh hati padanya, tetapi perasaan itu tidak kubiarkan bertumbuh karena dia sudah ada yang punya .

Tetapi entah kenapa, dulu di Bangka Belitung, kisah cintanya berakhir. Apakah aku yang harus mengisi kekosongan hatinya? Pada akhirnya, waktu pun menjawab, akulah yang dipilih Tuhan untuk hidup bersamanya.

Singkat cerita, akhirnya Dia Melamarku dan mengajakku untuk menikah di tanah kelahiran Pulau Rote. Menikah di usia muda membuat aku harus bergumul dengan sikapku sendiri. Belum lagi dengan keadaan hidup yang berbeda. Aku yang terbiasa tinggal di kota besar sekarang harus membiasakan diri untuk beradaptasi di lingkungan yang baru. Lingkungan yang jauh dari keramaian, dan hirup pikuknya dunia.

Di Pulau Rote ini aku mulai menyadari ada arti sisi lain dari kehidupan itu sendiri. Hari-hari awal pernikahan kujalani dengan rasa yang cukup berat. Keinginan, budaya, cara hidup, dan cara pandang seakan semuanya berbeda.

Dua tahun aku diproses di pulau itu. Dua anakku yang lahir di pulau itu sampai akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke kota Kupang. Hatiku berbisik, "Ada sesuatu yang harus kuperbuat, aku tidak mau menunggu dan hanya menerima dari kisah hidup yang kujalani."

Aku bersyukur mempunyai suami yang sempurna di mataku, dia baik, mengerti dan memahami apa yang kurindukan dalam hidupku. Dengan seizinnya, akhirnya aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja menjadi guru TK di sebuah lembaga yang ada di Kota Kupang. Di sana aku mengasah kemampuanku dan menerapkan ilmu yang aku dapat  dari kampus tempat aku belajar. Banyak hal-hal baru yang kutemui, dan aku merasakan bahwa hidupku begitu bergairah.

Tantangan pasti ada, namanya juga hidup. Di saat aku merasa di titik terendah dalam hidupku, aku mencoba untuk melihat kembali ke belakang. Begitu jauh Tuhan sudah membawaku. Aku yakin bahwa tidak ada kata menyerah dalam hidupku. Hal yang menjadikan aku kuat, yaitu penerimaan dalam hidupku.

Aku menerima terlahir tanpa mengenal kedua orang tuaku. Aku menerima harus kehilangan kedua orang tua angkatku di saat aku baru membangun mimpi. Aku menerima ketika harus hidup merantau di negeri orang. Aku menerima menikah tanpa satu pun keluarga yang datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun