Kebanyakan orang sering menyamakan angka dengan bilangan. Padahal sebenarnya mereka sangat berbeda. Angka sering dianggap bilangan, bilangan pun dianggap angka. Dua hal yang berbeda. Lalu apa bedanya?
Anggaplah saya meminta pembaca menuliskan "seratus dua puluh lima" dalam bentuk angka. Maka pembaca akan menuliskan "125". 125 ini bukan lagi angka, tapi menjadi bilangan yang terdiri atas 3 angka.
Atau jika kita menyuruh anak kita menghitung jumlah jari di tangan kirinya. Maka anak kita akan menyebutkan 5. 5 di sini adalah bilangan, bukan lagi angka. Mudahnya, angka terdiri atas 0 hingga 9, sementara bilangan merupakan susunan baik tunggal maupun kombinasi lebih dari satu yang melibatkan angka-angka tadi.
Loh, saya mau ke mana? Oh iya, ke angka nol. Angka nol salah satu angka yang istimewa sekaligus penuh misteri dalam matematika.
Dalam penjumlahan, angka nol dapat menjadi sesuatu yang tak begitu berpengaruh, namun ketika dalam perkalian, hati-hati dengannya. Bisa menghilangkan semua nilai yang ada. Pun dengan pembagian, membagi dengan nol masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga sekarang.
Mengapa Tidak Bisa Membagi dengan Nol?
Konsep membagi sebenarnya sederhana. Misalnya saya ingin membagi 8 dengan 2, yang dalam matematika dituliskan 8:2. Membagi adalah bentuk lain dari pengurangan.
Jadi membagi 8 dengan 2 berarti mengurangi 8 dengan 2 berkali-kali hingga menghasilkan hasil 0. Kalau dituliskan begini: 8-2=6, 6-2=4, 4-2=2, 2-2=0. Karena kita memperoleh 0 setelah mengurangi 2 dari 8 sebanyak 4 kali, maka hasil dari 8 : 2 adalah 4.
Lalu jika saya ingin membagi 8 dengan 0, berapa hasilnya? Coba kita hitung. 8-0=8, 8-0=8, 8-0=8, ... , 8-0=8. Jika kita melakukannya sejak lahir, maka hingga ajal menjemput pun kita tak akan kunjung mendapatkan hasil 0. Jadi berapakah hasil 8:0? HTYT. Hanya Tuhan Yang Tahu.
Ada yang bilang hasilnya tak terhingga. Boleh-boleh saja. Lalu berapakah tak terhingga itu? Tak ada batasnya. Sekali lagi, HTYT. Hanya Tuhan Yang Tahu.
Jujur, saya selalu kesulitan jika mengajarkan ini di kelas. Sangat sulit untuk dipahami. Biasanya saya menganalogikan dengan masalah kebaikan saja, lebih mudah diterima anak-anak.