Kedua, saya memilih ini karena sesuai dengan anjuran pemerintah. Ketiga, lebih memudahkan saya dalam mengoreksi UKK karena tidak harus datang ke sekolah dan meminta lembar jawaban. Keempat, saya berada sangat jauh dari sekolah, sehingga tidak efektif buat saya.
Satu ucapan yang sangat sulit saya terima hingga saya memutuskan untuk menulis ini adalah "Bapak jangan menimpakan kesulitan bapak kepada siswa. Kalau bapak tidak bisa mengambil lembar jawaban untuk dikoreksi, itu urusan bapak, tapi jangan mempersulit anak-anak saya."
Sebentar, saya tarik nafas dulu. Saya tidak mempersulit siswa dengan membuat UKK secara daring, tapi saya memilihnya karena saya rasa itu lebih efektif buat saya dan siswa. Dan sekali lagi, itu seusai dengan anjuran pemerintah. Siswa merasa susah? Itu masalahnya. Mereka merasa susah untuk sesuatu yang seharusnya wajar untuk mereka.
"Itu tidak efektif, Pak. Mohon dipertimbangkan lagi." Saya menutup perbincangan serius kami dengan undur diri. "Saya sudah mempertimbangkannya, Bu. Saya ingin anak-anak belajar bahwa mereka harus berjuang untuk meraih sesuatu. Mereka harus UKK dan sudah seharusnya mereka serius menghadapinya. Beri mereka kesempatan menghadapi realita, jika mereka tak mengikuti UKK, mereka tak mendapat nilai. Tugas kita mendorong mereka, bukan menawarkan kemudahan." Namun urung saya kirim, karena akan semakin panjang, sebab jam sudah menunjukkan waktu bagi saya memulai UKK secara daring.
Beri Mereka Kepercayaan Menemukan Solusi
Semua kita pasti menghadapi berbagai kesulitan, anak-anak itu juga begitu. Dalam situasi saat ini banyak yang mengeluhkan kesulitan mengikuti kelas daring karena tidak memiliki gawai Android.Â
Saya tidak menawarkan mereka solusi, saya hanya mendorong mereka berpikir bagaimana mengatasinya, dengan cara sederhana yang tak menyusahkan orangtua.Â
Mereka menemukan sendiri solusinya. Meminjam gawai orangtua, tetangga, atau siapa saja orang terdekat yang bisa meminjamkan untuk sekadar mengirimkan tugas harian mereka.
Ada yang kesulitan dalam ketersediaan kuota internet. Mereka menemukan sendiri solusinya, menggunakan Messenger berbasis free. Ada yang langsung kirim ke Messenger saya, ada juga yang lewat perantaraan temannya.
Siswa yang menaruh keseriusan, pada akhirnya menemukan cara tersendiri untuk mengatasi keterbatasannya. Terkecuali bagi mereka yang tak ambil pusing. Mereka menunggu diberi solusi.
UKK ini hanya salah satu dari sekian banyak cara untuk menguji kreativitas menemukan solusi atas permasalahan. Dan dari sini akan terlihat siapa siswa yang mengalami proses belajar yang sesungguhnya.Â
Mereka belajar agar memiliki kemampuan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan, bukan menunggu solusi diberikan. Mereka perlu belajar berani mengambil keputusan dengan berpikir terlebih dahulu.