Kita semua pasti pernah menjalani masa pendidikan dasar. Bahkan ada yang memulainya dari taman kanak-kanak. Masa pendidikan dasar adalah masa menanamkan kebiasaan baik karena belum pada masa itu kita belum dapat mengerti kenapa sesuatu harus dilakukan demikian. Yang kita tahu, itu yang diperintahkan guru, maka itulah yang benar.
Pada masa itu, kebiasaan yang ditanamkan di sekolah seperti menjadi yang paling benar, sehingga ketika kebiasaan itu dilanggar di rumah, kita sering protes "kata guruku tidak seperti itu". Padahal mungkin saja orang tua kita lebih paham dari pada guru kita. Tapi begitulah kita menerima kebiasaan-kebiasaan baik tertanam dalam diri kita.
Physical Distancing. Beberapa saat lalu itu terdengar baru bagi kita. Pembatasan fisik, dalam bahasa yang kita pahami, mulai sering diperdengarkan dan menjagi satu gerakan yang dianjurkan sejak pandemi Corona merebak.Â
Lalu apa itu Phisical Distancing? Intinya kita menjaga jarak aman secara fisik dengan orang di sekitar kita. Juga mengurangi kontak fisik dengan orang lain yang dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terinfeksi penyakit tertentu dari orang lain.
Sebelum Corona merebak pun kita sudah menerapkan physical distancing, terlebih ketika ada konflik dengan orang lain. Kita cenderung berupaya menjaga jarak, sebisa mungkin jangan dulu dekat-dekat atau bahkan berkomunikasi.
Sekarang, coba kita kembali sedikit lebih jauh ke masa lalu, ke masa kecil kita di sekolah dasar. Kita ternyata sudah sering menerapkan pembatasan fisik dengan orang lain. Hampir setiap hari kita melakukannya, memberi ruang kosong antara kita dengan teman.
Lencang Depan
Setiap berbaris kita pasti selalu disuruh untuk lencang depan. Perintah yang sangat umum dalam baris berbaris. Kita semua pasti tahu bagaimana melakukannya kan? Meluruskan tangan kita ke depan, memberi jarak fisik antara kita dengan teman di depan kita sejauh lengan kita.Â
Kita membuat gerakan pembatasan fisik bukan. Antara kita dan teman kita punya ruang kosong, punya batas aman untuk tidak bersentuhan secara fisik.
Dulu tak ada yang protes, semua menganggap itu bisa diterima dan tepat. Padahal tidak ada bahaya yang mengancam sehingga diberlakukan pembatasan fisik. Tapi kita tetap melakukannya saat baris berbaris. Mungkin tujuannya untuk merapihkan, tapi apa pun tujuannya itu tetap bentuk pembatasan fisik.
Hal yang sama juga untuk lencang kanan dan kiri. Kita membatasi diri kita dengan orang lain sejauh lengan ke kiri atau ke kanan. Kegiatan pembatasan fisik yang sudah sering, bahkan menjadi kebiasaan kita, tanpa diperintahkan pun kita auto melakukannya saat berbaris.