Mohon tunggu...
Maya Puspitasari
Maya Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - SMPN 3 Pante Bidari

Seorang guru penggerak yang terus tergerak, bergerak, dan menggerakkan demi mencerdaskan anak bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PEPATAH ARAB SEBAGAI MOTIVASI

2 Februari 2023   18:42 Diperbarui: 2 Februari 2023   19:43 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gurpres SMP 2022 Se-Kabupaten (sumber: pribadi)

Man jadda wajada, adalah sebuah pepatah Arab yang tidak asing lagi di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Pepatah tersebut merupakan sebuah nasehat bagi orang-orang yang sedang berjuang dalam hidupnya, apakah dalam belajar, berusaha atau berkarya. Pepatah ini sudah dikenalkan dari anak-anak mulai mengaji, mulai paham akan kehidupan dan segala aktivitas lainnya, tujuannya adalah untuk menumbuhkan motivasi yang tinggi sedari dini sebagai landasan dalam proses meraih impian.

Mengingat pepatah ini sudah sangat akrab dalam keseharian, maka tak ada salahnya mengulik makna dibaliknya. Man artinya siapa atau barang siapa, jadda artinya bersungguh-sungguh, wajada artinya mendapat atau berhasil. Dari uraian tersebut dapat dijabarkan makna utuhnya adalah barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Terlihat jelas dua frasa yang saling mengikat dan mempengaruhi yaitu usaha dan hasil, di mana ada usaha di situ ada hasil, besar kecilnya hasil tergantung kegigihan dalam berusaha. Tentu tidak terlepas dari campur tangan Allah Yang Maha Kuasa.

Bagaimanakah orang-orang mengamalkan kandungan pelajaran dalam pepatah ini? Itu tergantung motivasi dari dalam diri individu tersebut. Sudahkan ia menjadikannya motto dalam setiap langkah dan upayanya? 

Dalam aspek pendidikan, hal ini dapat dilihat pada setiap gerak gerik yang dilakukan peserta didik saat menghadapi tantangan dan hambatan dalam pembelajaran. Saat guru meminta anak-anak menghayati makna profil pelajar pancasila diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari, lalu dituangkan ke dalam bentuk aksi nyata sesuai minatnya berupa produk. Selama proses penyelesaiannya guru dapat menilai anak yang gigih dan ulet dalam berusaha atau anak yang masih betah di zona nyamannya.

Begitu juga bagi guru sebagai pendidik, tentunya seiring perkembangan zaman mendidik anak-anak harus diimbangi penyesuaian diri dengan kodrat zaman dan alamnya. Bagaimana menyemangati diri agar terus menstabilkan atau meningkatkan motivasi dalam diri untuk membersamai peserta didik? Yang utama adalah perbaiki niat, mengajar adalah tugas mulia, pahalanya menjadi amal jariyah sampai bila-bila. Bagi guru yang tidak butuh waktu lama untuk sampai ke sekolah syukurilah, yang butuh perjalanan panjang, berkelok, berliku, tanjakan dan turunan, nikmati proses perjalanan dengan berdzikir. Jangan menggerutu apalagi mengeluh, tanamkan dalam diri bahwa yang dilalui setiap hari adalah perjalanan baru, hari ini jalanan berlubang di sini dan esok entah di mana lagi.

Kemudian, kembangkan rencana untuk meningkatkan kemampuan diri. Berani mencoba hal-hal baru, misalnya. Memanfaatkan digital untuk publish tulisan, membuat konten materi ajar, merekam pembelajaran dan meng-upload ke akun youtube, dan lain sebagainya. Jangan sampai betah di zona nyaman sehingga guru tergerus zaman, di mana digitalisasi sudah membudaya di berbagai lapisan masyarakat. Walaupun kasih sayang guru tak dapat digantikan oleh digital, namun guru harus punya target capaian untuk terus meningkatkan kinerjanya, sebagaimana sumpah jabatannya di awal pengangkatan menjadi abdi negara.

Berikutnya adalah berpikir positif akan melahirkan tindakan-tindakan positif pula. Belajar karena terpaksa sangat tidak nyaman tentunya. Oleh karena itu, guru harus membangun pola pikir positif untuk membayangkan mendapatkan hal-hal menguntungkan bagi dirinya dengan belajar hal tersebut. Seperti belajar memahami Kurikulum Merdeka, bagaimana mengimplementasikannya dalam pembelajaran, jika terpaksa dilakukan mungkin guru tidak mendapat apa yang ingin ia ketahui. Namun jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, memahami dan menerapkannya, maka kesempatan untuk berbagi dengan teman sejawat di dalam komunitas sekolah sangat terbuka lebar. Menggandeng rekan sejawat untuk saling bekerjasama, bersinerji dalam mewujudkan pembelajaran merdeka sesuai harapan bersama.

Lakukan apa yang bisa dilakukan hari ini, jangan menunda hingga besok, karena belum tentu besok punya waktu luang yang sama. Fokuslah menyelesaikan apa yang sudah dimulai, nikmati prosesnya, jangan biarkan bad mood menjadi sebuah alasan untuk menunda pekerjaan. Selanjutnya, kekuatan do'a tetaplah menjadi prioritas. Memohonlah kepada sang Khaliq dengan segala kerendahan hati, pada hakikatnya tidak ada cara yang lebih jitu untuk mengembalikan motivasi tingkat tinggi selain mengharap ridha-Nya. Allah Swt., berfirman, "Ingatlah Aku, Aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu menolak Iman. Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan kesabaran dan doa; karena Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah: 152-153). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun