Merangkum dari sumber yang saya baca, produktivitas berasal dari dua kata, produksi dan aktivitas.Â
Bisa disimpulkan, secara bahasa maka produktivitas bisa berarti serangkaian aktivitas yang memberi hasil berupa barang atau jasa.Â
Produktivitas kemudian erat kaitannya dengan kemampuan berproduksi. Jika kaitannya dengan kegiatan ekonomi, semakin banyak output maka semakin besar produktivitasnya.Â
Kemudian, pertanyaannya, bagaimana mengukur kerja produktivitas seorang ibu rumah tangga?
Beberapa hari lalu, saya melihat sebuah cuplikan podcast seorang artis cilik yang kini menjadi IRT, Tasya Kamila.Â
Beliau berpendidikan sarjana strata dua, menikah tanpa sempat berkarir profesional di bidangnya, melahirkan putra, kemudian ikut suami yang sekarang bekerja ke luar negeri.Â
Dengan latar belakang keartisan dan pendidikan yahudnya, banyak kemudian orang bertanya, "Kok mau sih, hanya jadi IRT?", Tasya punya jawabannya sendiri.Â
Awal menikah, ibu saya pun pernah ditanya hal sama oleh teman-teman arisannya. Meski bukan selevel artis seperti Tasya, tetapi punya latar belakang pendidikan strata satu cumlaude pun mengelitik hati orang untuk kepo dengan pilihan saya ikut suami dan jadi ibu sepenuhnya.Â
Tidak bisa dipungkiri, ada juga momen ingin bisa kumpul sepulang kantor nongkrong di kafe, makan siang di hari Jumat keliling mal ibu kota, ikut acara gathering di akhir pekan, atau dinas sambil "setitik" liburan. Hal santai itu memang mahal untuk pilihan yang saya ambil.
Zaman makin maju nyatanya masih ada stigma yang mengatakan seorang wanita cantik, berpendidikan, dan muda, harusnya punya karir di luar rumah.Â