Mohon tunggu...
Sari Agustia
Sari Agustia Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Penulis lepas

Tia, pangillan akrabnya, menekuni menulis sejak tahun 2013 sampai sekarang. Sebuah karyanya, novel Love Fate, terbit di Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Saat ini aktif menulis bersama beberapa komunitas dan Indscript Creative

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panggilan Belanja Daring yang Mengelitik Hati

16 April 2021   13:05 Diperbarui: 16 April 2021   13:24 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat menuliskan tema ini, saya sedang mengikuti kelas daring Bimbingan Optimasi Whatsapp (BOW). Setiap hari mentor memberikan clue apa isi status peserta supaya seragam. Nah, clue hari ini adalah tentang lebih pilih dipanggil "Sis" atau "Kakak" oleh admin toko daring.

Sepanjang yang saya tahu ketika mulai berbelanja daring, panggilan "Sis" sangat mengena bagi para pelakunya. Saya mengira hal tersebut karena kebanyakan yang suka belanja memang perempuan. Meski sekarang tak menutup kemungkinan para lelaki pun jadi doyan belanja karena mudahnya. Jangan jauh-jauh deh, sepertinya suami saya lebih banyak belanja daring daripada saya. Ada saja barang yang dia beli, terutama aksesoris elektronik.

Mungkin awalnya membaca dan mendengar panggilan "Sis" tidak biasa. Pada akhirnya panggilan ini menjadi ikon penyebutan bagi para pelaku toko daring.

Mungkin tadinya disindir-sindir, kenyataannya malah menjadi viral dan layak dipakai. Semakin dipakai semakin banyak yang terbahagiakan.
                                                                                                                                                                                                            Panggilan "Sis" sendiri kependekan dari kata sister, dalam bahasa Inggris. Sister berarti kakak perempuan, dalam artian lebih tidak formal dibandingkan menyebutkan panggilan "Bu" atau "Mbak". Beberapa teman mengakui panggilan ini lebih intim dan menunjukkan kata sayang. 

Kalau saya, sebenarnya tidak mengapa jikalau pun dipanggil dengan dua panggilan lama karena memang sudah jadi ibu beranak tiga dan kakak perempuan pertama yang usianya juga sudah hampir menuju usia bijaksana. Tapi barangkali bagi yang masih muda belia dan kemudian tanpa tatap muka dipanggil dengan sebutan "Ibu" maka dia akan tersinggung merasa dianggap tua. Jadi supaya aman memang memanggil dengan sebutkan netral dari segi usia adalah alasan yang bisa diterima.

Tapi bagaimana kalau sebutan "Mbak"? Sebenarnya, "Mbak" punya arti sama dengan "Sis" yaitu kakak perempuan. Kata tersebut berasal dari bahasa Jawa yang sopan. Menurut tata krama Jawa, sebenarnya mereka sangat paham dan taat memanggil orang yang lebih tua dengan kata "Mbak" sebagai penghormatan.

Sayangnya, saya sempat mendengar beberapa pihak merasa kurang berkenan jika dirinya dipanggil "Mbak" karena panggilan tersebut menjadi umum dipakai memanggil semua perempuan, termasuk pekerja rumah tangga atau pelayan toko. Barangkali mereka merasa jadi kurang keren dengan panggilan tersebut. Alhasil, jadilah berganti dengan istilah baru, diambil dari Barat, arti sama, dan lebih manja.

Padahal, lagi-lagi saya tekankan, orang Indonesia sesuai adatnya tidak memanggil orang dengan nama. Maka sebelum memanggil nama, kita akan panggil dengan sebutan sesuai urutan usia, kehormatan, jenis kelamin, pangkat, dan sebagainya. Semuanya justru menunjukkan kesopanan.

Ketika seorang majikan memanggil "Mbak" kepada asistennya misalnya, maka sama saja dia membahasakan anak-anaknya untuk menyebutkan yang sama karena usianya pasti berbeda. Kemudian ketika hendak membeli barang, kita pun akan memanggil mereka sesuai dengan sebutannya menurut daerah asalnya. Sebenarnya tidak hanya "Mbak" yang sering dipakai memanggil di awal, tapi ada juga "Teteh" dan "Uni". Semuanya pun sopan.

Yang justru agak sedikit penolakan usia adalah seperti yang saya alami. Bagaimana tidak lucu, ketika saya mengajar daring anak-anak yang seusia dengan anak kandung lalu mereka saya biarkan memanggil kakak juga? Apakah jadi saya menolak tua? Saya pun jadi merasa geli sendiri.

Tapi Teman, bagaimana pun kita harus siap dengan segala perubahan. Tidak segala yang aneh, tak masuk akal, dan bertentangan adalah buruk. Apalagi di dunia bisnis maka kita pun dituntut lebih luwes dalam berperilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun