Oleh : Sari Fatahillah dan A.Nur Maghfirah Tayeb
Slow Loris, mungkin itu nama beken alias nama kerennya. Hewan ini endemic di daerah hutan Hujan tropis seperti Indonesia, Malasyia dan India. Mungkin kita sudah mengatahui mamalia biasanya cenderung tidak memiliki BISA atau senyawa berbahaya yang dapat membunuh mangsanya seperti yang dimiliki oleh reptile. Tetapi PERNYATAAN tersebut tidak berlaku untuk hewan lucu nan mungil ini.
Saking lucu nya slow loris dijadikan binatang peliharaan tetapi sebenarnya Kukang merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan Undang – Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konversi SDA Hayati dan ekosistem dari pihak berwenang hewan ini telah dikategorikan sebagai hewan yang dilindungi dan dilarang untuk dipelihara.
D Indonesia sendiri di kenal dengan nama Kukang . Kukan ini biasa dijuluki primate imut, bagaimana tidak tingkanya yang malu-malu, lamban dalam bergerak, ukuran tubuh yang mungil antara 20-30 centimeter. cara jalannya yang santai kala melingkar di cabang pohon serta saat mengunyah makanan yang begitu pelan.
Hewan ini menjalani hidupnya tidak disembarang waktu kita dapat melihatnya. Pasalnya Slow loris ini merupakan satwa nocturnal alias hewan yang aktif di malam hari. Slow loris ini akan tidur pulas saat fajar menyingsing dan akan bangun kala petang menjelang. Saat malam lah, slow loris akan beraksi mencari makanan atau bermain.
Slow loris alais kukang banyak di jumpai didaerah sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, meskipun tingkahnya lucu nan menggemaskan, pintar namun hewan ini yang terlihat tampak seperti simpanse dan monyet jika sewaktu – waktu terancam, kukang akan menggit dengan gigi taringnya. Slow loris ini memproduksi racun kelenjar yang terletak di bagian siku. Kukang akan menjilat racun itu dan mencampurnya dengan ludahnya.Racun yang dihasilkan bisa membuat manusia mengalami reaksi alergi serius dan dalam kondisi tertentu bisa berakibat kematian.
Berdasarkan penelitian Hagey et all, 2006, Kukang memiliki kelenjar brakialis yang dapat mengeluarkan eksudat sekitar 10 mikroliter berupa cairan yang berbau tajam. Bagi kukang kelenjar ini digunakan sebagai signalis penciuman sebagai penanda tempat tinggalnya. Tingkat tinggi keasaman eksudat kelenjar brakialis ini yang membahayakan bagi manusia jika terpapar.
Dari kasus yang ada gigitan slow loris dapat menyebabkan Anaphyctic shockyaitu berupa alergi serius yang gejalanya berupa kulit merah, gatal, memiliki bercak, panas, nyeri tenggorokan, syok, kejang otot atau nyeri, tekanan darah sangat rendah, hingga masalah pada jantung, ginjal, pernafasan dan mungkin pingsan. Bahkan, beberapa kasus kematian akibat slow loris pernah dilaporkan. (biodiversitywarriors.org)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H