Gemerisik air menghantar rindu yang terus kubisikkan. Serupa ketukan nada yang terdengar sayup mendayu di sisi-sisi lintasan jalan pulangmu. Lirih... Entah kau mendengarnya atau mengabaikan kehadirannya.
Perlahan kuusap mataku yang berkabut penuh airmata. Masih nyata, sembilu tajam menghunjam membelah jiwaku. Gaungkan selaksa tanpa jawab di batas harap suram.
Laksana sihir para jembalang yang menyelinap di sela mimpi malamku. Melayang bersama bayang yang tak pernah kuat di lenganku. Hampa... Tiada rasa.
Kini hanya syair tanpa irama yang tersisa. Mengalun sumbang iringi gontai langkahku. Aku, perempuan yang terus berdiri memeluk sepi.
#poeds 081116
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H