Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Symphony Tanpa Melody

8 November 2016   14:49 Diperbarui: 8 November 2016   15:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gemerisik air menghantar rindu yang terus kubisikkan. Serupa ketukan nada yang terdengar sayup mendayu di sisi-sisi lintasan jalan pulangmu. Lirih... Entah kau mendengarnya atau mengabaikan kehadirannya.

Perlahan kuusap mataku yang berkabut penuh airmata. Masih nyata, sembilu tajam menghunjam membelah jiwaku. Gaungkan selaksa tanpa jawab di batas harap suram.

Laksana sihir para jembalang yang menyelinap di sela mimpi malamku. Melayang bersama bayang yang tak pernah kuat di lenganku. Hampa... Tiada rasa.

Kini hanya syair tanpa irama yang tersisa. Mengalun sumbang iringi gontai langkahku. Aku, perempuan yang terus berdiri memeluk sepi.

#poeds 081116

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun