Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catat Hitam tentang Gya

24 September 2019   22:23 Diperbarui: 24 September 2019   22:34 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kali ini, apa yang harus kumaknai? Dari sebuah pertalian yang tak terikat, tak tersimpul. Namun, begitu kuat menempel pada roh-ku.

"Apa kabarmu, Perempuan Batu?" tanyamu serupa hantu, datang tiba-tiba menyelinap ke dalam mimpi buta pada malam sepekat arang.

Aku tak pernah mengharapkanmu kembali hadir dalam hidupku, Gya. Meskipun kau selalu bisikkan tentang hutang darah padaku. Siapa berhutang pada siapa, Gya? Akukah yang meminum darah dari nadimu? Atau kau yang menghirup nyawa dari ubun-ubunku?

Gya, bukan aku tak mencintaimu hingga kubangunkan pagi dengan bakaran jerami. Namun, dapatkah kususui mulutmu dengan penuh payudaraku, sementara kau putus silsilah Rama-ku? Durhaka aku pada leluhurku jika kulahirkan anak bagi pembasmi akar mereka.

Lalu mengapa kau mengejarku hingga pada kelahiranku yang keseribu? Cintakukah yang hendak kau gapai? Atau matiku sebagai penebus dendam masalalu? Sampai kapan, Gya? Kita berputar pada lingkar karma tanpa jeda, dan mati tersiksa pada pusaran cinta ternoda darah.

Pergilah Gya! Kumohon bebaskan sukmaku dari kelindan karmasamsara.

#poeds 240919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun