Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[KSA] Kisah Merah Jambu

13 Juli 2019   16:10 Diperbarui: 13 Juli 2019   16:11 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terdiam di sudut kiri lemari kayu. Tak terjamah, tanpa pernah dilirik. Hanya sekali-sekali nyonya  memungut tubuhku, melingkarkan pada luas dadanya.

"Kutang kok ra ana sing penak dinggo!" gerutunya.

"Bukan salahku, Nyonya! Salahkan lemak yang menggumpal pada setiap lekuk tubuhmu," bisikku.

Nyonya Sari memang bertubuh gempal, ukuranku tak kan mampu menahan besaran susu yang dia bawa. Jangankan aku yang terbilang tiga puluh delapan, saudara tua empat puluh dua pun tak sanggup.

Aku hanya alat untuk melampiaskan kekesalannya saja. Mengenakanku bukan untuk mematut diri, tapi agar tak terlihat terlalu seksi.

Apa salahku jika kemudian Roni mengenakanku?

 Mengapa nyonya mencabik bagai singa menahan birahi?

"Dasar lelaki ganteng presto, tulang lunak! Nggak sekalian cawatku kau pakai?" makinya pada lelaki yang punya senyum semanis pare.

Aku hanyalah kutang berwarna merah jambu, yang ternoda di antara perempuan wagu dan lelaki ambigu.

120719

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun