Kevin dan Susana sudah menikah lima tahun lamanya. Mereka masih tinggal bersama orang tua Kevin. Bukan karena belum mampu membeli rumah sendiri, melainkan  ibunya Kevin meminta mereka untuk tetap di sana.
Bu Tutik, mertua Susana, adalah tipe mertua idaman bagi semua perempuan. Dia memperlakukan Susana sama seperti putrinya sendiri. Bahkan mereka berdua sering berlibur bersama tanpa Kevin.
Susana pun memperlakukan ibu mertuanya yang masih berkabung atas kematian suaminya sepuluh tahun lalu itu serupa dengan ibu kandungnya. Setiap gajian atau menerima bonus, dia membelikan sesuatu yang spesial untuk mertuanya.
Ketika tetangga mulai bergunjing tentang tak kunjung datangnya momongan, bu Tutiklah yang membela Susana. Perempuan setengah baya yang masih terlihat cantik berkat riasan itu selalu mengatakan bahwa anak dan menantunya masih fokus membesarkan usahanya.
Namun bukan berarti dia tidak menginginkan cucu. Surat dari dokter spesialis menunjukkan jika Kevinlah yang bermasalah. Pernah pula dengan  sengaja dia mengintip aktivitas kamar anaknya. Alangkah kecewanya perempuan itu saat melihat dari lubang kunci, Kevin terkapar di atas tubuh telanjang istrinya, hanya lima menit setelah mereka sama-sama membuka baju.
"Susan, sudah berapa lama Kevin seperti itu?"tanyanya pada sang menantu.
Susana hanya mengangkat bahu dengan memendam rasa kecewa. Dia malu jika harus membuka aib sang suami, meskipun itu pada ibu kandung suaminya.
Demi melihat kesetiaan Susana, bu Tutik semakin menyayangi perempuan itu. Diam-diam dia mengajak Susana untuk membeli jamu khusus untuk keperkasaan lelaki. Â Namun semua usaha nihil.
"Kau berniat meninggalkan Kevin, San?"
"Lho, Bu. Kami menikah bukan untuk melegalisasi sex dan memproduksi anak. Kami menikah agar dapat menua bersama." jawab Susana tegas.
****