Pada seulas senyum yang paling tabah, kusemat luka-luka serupa tawa senja. Menyimpan rapi segala rahsa pada pesona rembulan di tanggal lima belas, yang pendar sinarnya jatuh pada seribu mawar di padang; alas.
Di sini, aku masih memilih hujan sebagai teman menghitung sepi. Menyampirkan harap-harap pada lipatan kecewa, kala gerimis turun basahi pipi. Namun hati tetap memungut setangkai demi setangkai janji manis yang kau cicil beri untukku.
Dan pada pungkas kata tercatat, aku masih pecinta gila.
#poeds 070519
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H