[ Untukmu Nesh ]
Hari ini hujan enggan pergi, gemericiknya riuh temani jiwajiwa khali. Menghitung delusi, mengharap singgahnya teja hadir bersama tetes terakhir tirta yang turun ke bumi.Â
Aku masih di sini menyimakmu, Nesh ... bercerita tentang harihari, tentang duri yang kau pijak saat kakimu melintas setengah berlari.
Semalam kau berbisik di belakang telingaku, bahwasanya kau telah lelah. Namun bahumu tetap tegak berdiri seakan kau tak mau kalah.
"Malam belum lagi datang ..!" teriakmu, "dan pasti kan kucegah!"
Aku tahu, dan selalu tahu apa inginmu! Kemarilah, Nesh ... dadaku selalu terbuka untuk menampung isak yang tak mampu kau luahkan menutup malu.
Tetaplah di sini, usah lagi berlari memburu waktu. Cukup! cukup negeri ini dipenihi dengan kepalakepala batu. Begitu keras, sekeras paradigma yang beku.
Jangan pergi lagi Anesha-ku, tak perlu kau kejar matahari. Merah kau, berdarah aku. Berdua kita tentang malam, agar kelamnya tak jatuh menimpa kita punya kepalal
#poeds 281117
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H