Perempuan itu melangkahkan kakinya yang kecil menyusuri trotoar jalan Hang Tuah. Bedak di wajahnya yang cukup tebal menyamarkan keriput di sudut mata dan bibirnya. Perempuan itu Rani namanya, setiap hari tampak mondar-mandir di sepanjang Renon. Kadang terlihat membawa seekor anjing yang dituntunnya. Kadang terlihat sendirian termenung seakan menunggu seseorang yang lama dinantikan.
Dulu ketika masih berusia dua puluhan, Rani merupakan primadona di Renon dua. Sebuah lokalisasi terselubung terkenal di kota Denpasar, yang konsumennya kalangan menengah ke atas. Rani bekerja pada mamih Tasya, germonya sejak dia berusia enam belas tahun. Sebagai gadis dari kota kecil di Jawa Timur, dia merantau untuk memperbaiki perekonomian keluarga.
Selepas SD Rani dibawa tetangganya ke Denpasar dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Selama setahun pertama bekerja, Rani merasa senang karena bisa menghasilkan uang untuk membantu ibunya yang janda dengan beban kelima adiknya. Sebagai anak sulung Rani menjadi tulang punggung keluarga, demi adiknya Rani rela berkorban. Biarlah dia bekerja keras yang penting adiknya dapat meneruskan sekolah dan berhasil mencapai cita-citanya.
Naas, memasuki tahun kedua Rani mengalami peristiwa yang menghancurkan masa depannya. Tahun itu umurnya baru menginjak lima belas tahun, sebagai gadis muda tentunya Rani senang mencari hiburan. Malam itu dia bersama pembantu rumah sebelah pergi ke pameran produk di lapangan Kyai Japa jalan Gunung Agung. Sepulangnya rumah majikannya terlihat sepi, padahal waktu dia pergi mereka masih ada. Setelah membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu dibawanya, Rani masuk ke dalam rumah.
Di kulkas tertempel pesan dari nyonya rumah yang mengatakan mendadak mereka harus pulang ke Singaraja karena Dadong sakit. Ranipun melangkah ke kamarnya dan beristirahat. Tengah malam dia terbangun dari tidurnya karena merasa sesak nafas. Di atas tubuhnya, Bli Nyoman tampak beringas menindihnya. Bau nafasnya menyengat, rupanya Nyoman terlalu banyak minum di warung tuak tadi. Malam itu Rani diperkosa Nyoman hingga pingsan. Dan sejak malam itu Rani menjadi budak nafsu Nyoman, bukan hanya Nyoman bahkan kadang saat rumah sepi Nyoman menjualnya pada teman-temannya.
Rani yang periang berubah menjadi gadis yang pendiam hingga suatu saat dia hamil. Bukannya di tolong Rani justru diusir karena dianggap berbuat leteh oleh majikannya. Dalam kebingungan dia bertemu mamih Tasya yang memberikan solusi. Kandungan Rani digugurkan dan dia dipekerjakan sebagai pemuas nafsu laki-laki hidung belang. Mulailah gadis kecil yang polos itu memoles wajahnya dengan bedak tebal dan menemani para pencari kehangatan sesaat.
Dengan penampilan dan penghasilan baru, Rani terpaksa membohongi orang tuanya dengan mengatakan bekerja di toko. Dari usahanya dia mampu mengangkat derajat ibunya dan adik-adiknya. Adik yang pertama telah berhasil menyelesaikan pendidikan kebidanan dan bekerja di rumah sakit, yang kedua semester terakhir di ITS sementara tiga lainnya masing-masing di SMA dan SMP. Rani bertekad akan berhenti melacurkan diri setelah semua adiknya lulus sekolah. Dan itu kira-kira tujuh tahun lagi.
Pekerjaannya memaksa Rani mencari ilmu pengasihan dan memasang benerapa susuk dalam tubuhnya. Alhasil dalam waktu singkat Rani menjadi primadona yang diunggulkan di Renon dua. Dia menikmati uang yang mengalir ke dompetnya dengan deras hanya dengan menemani para pencari cinta. Sampai pada tahun keenam dia menjalaninya, Rani bertemu dengan dengan James Haris White pemuda asal New Zealand yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut, Jamespun juga mencintai dan menerimanya apa adanya. Rani minta ijin berhenti pada mamih, tapi keinginan untuk bertobat itu di tolak mentah-mentah oleh mamih Tasya. Rani berusaha keluar dari tempat itu apapun resikonya. Berkali-kali dia melarikan diri, berkali-kali pula dia ditangkap dan dikembalikan ke tempat maksiat itu. Sampai di puncaknya dia diungsikan dan disekap di sebuah villa tua di daerah Cimagi, sebuah tempat terpencil antara Denpasar dan Tanah Lot.
Entah kemujuran apa yang sedang Rani terima, suatu hari dia berhasil melarikan diri dari Cimagi. Dia terus saja berjalan katena memang saat itu daerah Cimagi masih tak terjamah kendaraan umum hingga tak sadar dia sampai ke Pegending. Dari Pegending Rani menumpang truk babi sampai Busung Biu, dan menginap di terminal Busung Biu. Rani perhi hanya membawa setas kecil baju ganti dan seekor anjing kecil. Diapun terpaksa melacurkan diri sekali lagi pada sopir-sopir di terminal sekedar untuk membeli makanan.
Dua minggu kemudian Rani mulai terlihat di seputaran Puputan Renon menyusuri trotor dengan bedak tebalnya. Seperti malam ini, Rani kembali duduk di dekat pedagang jagung bakar di selatan Puputan Renon. "Sendirian Geg?" tanya seorang lelaku dari balik jendela mobil yang terbuka lebar. Rani tersenyum penuh arti," Nggih, ken ken Bli? Mau ditemenin?" tanya Rani sambil mengerlingkan matanya yang sebulat bulan di atas langit.