Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Fiksi Horor dan Misteri] Mbak Tin dari Gunung Kemukus

27 September 2016   15:41 Diperbarui: 28 September 2016   10:58 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Waduh Mas mudah-mudahan sampeyan ndak ketemu arwahnya mbak Tini ya Mas. Sudah banyak lelaki yang di perdayai mbak Tini. Dia menyedot hawa murni setiap lelaki yang bercinta dengannya. Apalagi kalau sampai berkali-kali, sudah dipastikan lelaki itu ndak bakalan bisa bangun sama perempuan lain dan harus mencari dia. Hasilnya lelaki itu tergantung padanya Mas? Mudah-mudahan sampeyan ndak ketemu ya Mas!" kata pemilik warung itu seraya menyalakan rokok yang di lintingnya sendiri.

Joko tersedak mendengar ucapan pemilik warung. "Maksud Bapak? Aku anu e Pak, nganu itu nya sama pedagang baju yang juga ngalap berkah kok Pak?" kata Joko setelah minum air putih yang disodorkan pemilik warung.

"Gini lho Mas ceritane, dulu itu ada perempuan cantik menyusul suaminya yang ngalap berkah ke sini. Tapi rupanya dia ndak kuat melihat suaminya bercinta dengan perempuan lain. Lha gimana lagi Mas wong memang syaratmya harus tujuh kali melakukan jibungan badan dengan perempuan yang bukan istrinya. Itu buat niru perbuatan Pangeran Samudra yang selingkuh dengan ibu tirinya itu. Nah, perempuan yang nyari suaminya itu menggantung dirinya di pohon randu alas itu. Setelah itu arwahnya gentayangan mencari lelaki yang juga ngalap berkah di sini. Bukan untukemberi kekayaan tapi untuk membalas kan dendamnya pada suaminya." pemilik warung itu menjelaskan.

" Oya Mas, memang katanya kalau ketemu dia rejeki lelaki itu lancar tapi gawatnya anunya ndak berfungsi kalau dengan perempuan lain dan harus kembali padanya setiap bulan atau apa yang sudah didapatkan kembali lenyap. Hati-hati Mas besok kalau ke sini lagi cari tempat lain saja. Bahaya!!" kata pemilik warung itu lagi.

Joko terhenyak, dia merenungi lima bulan terakhir dia tidak mampu melakukan tugas sebagai suami pada Sumi. Selama ini dia hanya berfikir semua itu efek dari lancarnya job yang dia terima di luar pekerjaannya. Ternyata...Joko mengusap wajahnya, menghela nafas panjang. Setelah membayar kopi dan mi rebusnya, Joko berjalan gontai menuju motor tua yang terparkir di depan warung. Semua sudah terlanjur, kekayaan dan rejeki yang dia hasilkan haris dibayar dengan hilangnya keperkasaannya pada perempuan. Sesaat Joko merasa menyesali keputusannya mencari berkah dari gunung Kemukus. Tapi lagi-lagi bayangan anaknya membulatkan tekadnya kembali. Biarlah dia sendiri yang menanggung akibat dari ritual gunung Kemukus ini.

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Fiksi Horor dan Misteri group Fiksianan Community

#poeds 270916[caption caption="Fiksi horor dan misteri"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun