petrokatul kepada Kelompok Tani di Desa Rowosari terlaksana dengan adanya dukungan dari Universitas Jember melalui Program Pengabdian Pemula (PPP), yang diselenggarakan guna  meningkatkan kesadaran petani untuk menggunakan dan membuat pupuk organik. Kegiatan ini juga mengenalkan beberapa varietas unggul padi yang dapat dikembangkan di daerah setempat. Tim pelaksana kegiatan terdiri dari 3 dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember yaitu Vega Kartika Sari, SP., M.Sc., Oria Alit Farisi, SP., MP. dan Basuki, SP., M.Sc.
Jember-Pelatihan pembuatanKetua tim pelaksana, Vega Kartika Sari menuturkan, "Telah diketahui bersama bahwa peredaran pupuk bersubsidi akan dikurangi oleh Pemerintah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pupuk, petani harus mampu mengolah dari limbah pertanian atau peternakan disekitar".
Basuki, dosen dari program studi Ilmu Tanah Unej menambahkan, "Petrokatul merupakan pupuk organik yang dibuat dari kotoran sapi dan bekatul yang diberi larutan tetes dan EM4, yang kemudian difermentasi selama 7 hari. Petrokatul dapat berfungsi  sebagai pembenah tanah baik sifat fisik, biologi maupun kimia tanah".
Poktan Bintang Tani merupakan salah satu kelompok tani yang memiliki anggota sekitar 20 orang yang aktif membudidayakan tanaman padi, hortikultura dan tanaman kopi. Koordinator PPL Desa Rowosari, Mas Lutfi, mengungkapkan "Kami bersyukur adanya kegiatan ini. Bagi Poktan Bintang Tani kegiatan pelatihan seperti ini baru pertama kali. Kami berharap kerjasama ini dapat berlanjut".
Peserta yang hadir di acara sebanyak 16 orang, dan sangat antusias memperhatikan selama pemaparan materi. Oria Alit Farisi menyampaikan materi tentang manfaat pupuk organik dan macam limbah yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Basuki mendampingi terkait praktek pembuatan petrokatul. Vega Kartika Sari mengenalkan macam-macam varietas unggul padi seperti Inpari 32, Sintanur, dan Ciherang.
Pelatihan petrokatul ini dapat dikatakan tepat sasaran, karena sebagian besar anggota Poktan Bintang Tani Desa Rowosari memelihara hewan ternak sapi, dan bekatul juga melimpah hasil sisa panen. Jika petani mampu membuat pupuk organik secara mandiri, dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tersedia melimpah di lingkungan, maka permasalahan kebutuhan pupuk kimia akan semakin berkurang dan kesehatan tanah dan lingkungan akan meningkat secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H