Solo, 17 Februari 2008
Teruntuk Kakeknya Neysha di samping Tuhan
Kakung, liat..!! aku berhasil ngajak Neysha, cucu kesayangan kita tidur kembali di kamar ini. Setelah hampir 2 bulan dia tak berani masuk rumah Kakek dan Neneknya lagi. Jangan menakuti dia ya,kung !! dia masih belum faham apa itu makna cinta sejati yang menjadikan alasan kenapa dia selalu melihat kamu,merasakan kedatanganmu seperti aku yang selalu tersenyum saat kau hadir dan menemani malam-malamku. Aku yang selalu menyambutmu saat kau berbaring disudut pinggir dan Neysha berada ditengah diantara kita.
Kung, menginjak bulan ke sepuluh sejak kepergianmu, tak tahu kenapa aku merasa sudah sangat capek ,iya aku capek menunggu saatku untuk bisa berada disampingmu lagi. Kamu tahu kan setelah malam kamu pergi, aku selalu menahan segala rasa sakit menerima kenyataan ketika kamu tak bisa ku sentuh lagi,kamu tahu betapa kecewanya hati ini, kecewa ketika kamu memutuskan menyerah sama kanker dan ginjal yang membuat jantungmu tak mau bekerja lagi. Aku tak mampu berbesar hati menerima semua ini kung, aku sangat merindukanmu aku sangat ingin memelukmu, aku ingin kamu menghapus air mataku dan selalu menghiburku, aku ingin kamu yang mengimami sholat-sholatku lagi, kakung.
Aku semakin tak sanggup melihat kekecewaan di raut wajah cucu kita yang ternyata memiliki mata dan hidung kamu,kung. Memang benar malaikat kecil kita sendiri yang memutuskan untuk mengagalkan pesta ulang tahunnya yang telah jauh-jauh hari kalian susun itu karena alesan masih berkabung. Tapi aku yakin hati Neysha sangat sakit kenapa kamu pergi meninggalkannya 10 hari sebelum usianya 17 tahun. Usia yang selalu kamu katakan tepat untuknya bisa merasakan arti kehidupan ini, dimana kamu akan mengizinkannya pacaran, boleh keluar malam sama teman kencannya, boleh belajar nyetir mobil, dan banyak lagi hal-hal yang kamu janjikan kepadanya, aku tahu sebenarnya itu senjata kamu untuk menahan dia melakukan hal-hal belum saatnya dia lakukan karna dia belum dewasa.
Hmmmm.. kamu pandai kung,dan itulah sebabnya begitu banyak yang sayang sama kamu dan banyak yang merasa sangat kehilangan kamu pada malam 20 April 2007 lalu itu. Kamu pergi dengan senyuman yang sampai detik ini memenuhi kepalaku, kamu tak mengucapkan kata lain selain “ aku cinta kamu “itu kata sayang termanis yang pernah kau ucapkan untukku hingga aku berhasil tidak meneteskan air mata malam itu bahkan sampai tubuhmu tertutup oleh gumpalan-gumpalan tanah emas sekalipun aku kuat tak menangis,karna apa,kung?? Karna aku tahu kamu pergi dengan ketenangan dan mengumpulkan butiran-butiran kebahagian dialam abadi itu terlebih dahulu sebelum aku nantinya menyusulmu.
Kung, kamu selalu berkata bahwa kita tahu berharganya seseorang saat kita merasa takut kehilangan.Tahukah kamu, sejak pertama aku mengabdikan diriku untuk hidup bersamamu aku selalu takut kehilanganmu hingga aku mengerti betapa besar arti dirimu untukku, ingatkah kamu setiap malam kita makan bertiga dengan nasi goreng yang engkau buat dan saat engkau yangselalu mengoda cucu mungilmu itu dengan merebut sosis kesukaannya? masih ingatkah kamu akan keceriaan kita diminggu pagi, aku yang menyiapkan Koran,sepering bikuit khong guan,2 cangkir kopi panas untuk kita dan segelas coklat hangat untuk Neysha kemudian kamu dan boneka barbiemu itu pulang dari menghabiskan waktu minggu pagi kalian dengan bersepeda. Hahhh..Aku saangat merindukanmu,kung..
Tapi aku terus berusaha menerimanya. Kematian tidaklah memisahkan aku darimu, kamu tetap disini dalam hatiku, selalu bersamaku, mungkin aku tak lagi bisa menyentuhmu tapi aku tau kamu selalu menjagaku, lebih mampu untuk selalu menjadi bagian dariku mesti tidak lagi denganku, bila dulu lenganmu menjagaku maka kini kenanganmulah yang menjadikanku tegar tanpamu, suamiku, ayah anak-anakku,kakek cucuku, pria yang telah menghabiskan hidupnya bersamaku, mengajariku arti dicintai dan mencintai, mengajariku arti hidup, mengajariku untuk bisa tertawa dalam tangisan dan menagisi kebahagiaan, aku tau disana kau dapat tempat terindah, ada banyak cerita disini, anak-anak kita, cucu kita, mereka tetap menyimpan kenangan akan sosok pria sempurna, sesempurna kenangan ketika engkau bersama mereka, jika waktu itu tiba, aku juga akan berada di sana, sambutlah aku di pintu surga.
Dengan Penuh Cinta
Uthi
Penulis : Sari Neysha Phadma No. 210 Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke akun Cinta Fiksi .dengan judul postingan : Inilah Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H