Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk kebiasaan membaca. Dengan kemampuannya yang canggih, AI kini menjadi sumber informasi dan hiburan utama, menggeser peran buku dalam kehidupan masyarakat modern. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah membaca buku akan menjadi kebiasaan yang terlupakan.
Dalam beberapa tahun terakhir, platform berbasis AI seperti ChatGPT dan Google Bard menjadi pilihan utama untuk mendapatkan informasi secara tepat. AI mampu memberikan jawaban atas pertanyaan, menganalisis data, hingga menyajikan ringkasan buku atau artikel dalam hitungan detik. Selain itu, audiobooks berbasis AI dengan suara menyerupai manusia dan cerita interaktif berbasis teknologi ini semakin diminati, menggantikan pengalaman membaca buku tradisional.
Dampak dari fenomena ini dimulai terasa, terutama di kalangan generasi muda. Menurut survei terbaru, minat membaca buku mengalami penurunan signifikan. Banyak orang lebih memilih menonton video, mendengarkan podcast atau membaca ringkasan berbasis AI daripada membaca buku secara menyeluruh. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tentang berkurangnya kemampuan berpikir kritis dan mendalam, yang selama ini diasah melalui kebiasaan membaca.
Namun, para ahli menyebut bahwa buku tetap memiliki nilai yang tidak tergantikan. Buku menawarkan pengalaman emosional dan intelektual yang mendalam, memberikan pemahaman yang lebih sistematis dibandingkan informasi yang disajikan secara instan oleh AI.Â
Untuk menjaga relevansi buku di era digital, berbagai inovasi mulai dilakukan. Misalnya, penerapan teknologi augmented reality (AR) dalam buku untuk menciptakan pengalaman membaca yang interaktif. Selain itu, kampanye digital terus digalakkan untuk menanamkan pentingnya membaca buku sejak dini.
"AI adalah alat yang sangat berguna, tetapi tidak seharusnya menggantikan buku. Literasi tetap menjadi fondasi utama untuk membangun generasi yang kritis dan cerdas," ujar seorang pengamat literasi dalam sebuah seminar literasi pekan lalu.
Meskipun AI menawarkan kemudahan dan efisiensi, nilai buku sebagai sumber pengetahuan dan refleksi tidak akan pernah sepenuhnya hilang. Tantangan ke depan adalah bagaimana menemukan cara agar buku tetap relevan dan menarik bagi masyarakat modern.Â
Apakah buku akan kehilangan tempatnya atau justru menemukan bentuk baru di era kecerdasan buatan? Waktu yang akan menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H