Selama tahun 2021, banyak isu-isu yang menarik untuk dibahas. Salah satunya Cultural Appropriation. Apakah pembaca tahu istilah tersebut? Istilah ini akhir-akhir ini sedang naik daun karena ulah dari beberapa publik figur nasional atau internasional.Â
Beberapa hari yang lalu, member girlband asal Korea Selatan, Lalisa Manoban atau yang akrab disapa Lissa Blackpink tengah disorot tajam. Ia tengah melakukan Cultural Appropriation dalam video youtube terbarunya. Di video miliknya, ia menggunakan konsep busana yang terinspirasi dari kebudayaan Afrika yang dibuat dengan gaya modern.Â
Lantas apa permasalahannya? Isunya, ia dikabarkan mengambil kebudayaan orang lain tanpa dengan izin tertentu dari pihak terkait. Isu ini dianggap sebagai penyalahgunaan dari pemaknaan sebuah budaya. Namun ia telah meminta maaf diakun media sosial miliknya.Â
Bukan hanya Lissa Blackpink, artis tanah air Nagita Slavina. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON XX) di Papua menjadi ikon PON. Dalam fotonya, ia menggunakan elemen-elemen yang menggambarkan kebudayaan masyarakat Papua. Hal ini yang menjadi kisruh banyak orang.Â
Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) mempertanyakan dasar pemilihan Nagita Slavina sebagai model PON. Arie Kriting selaku komedian pun juga mempertanyakan kenapa tidak orang Papua asli yang jadi Duta PON Papua.Â
Dari pihak Raffi Ahmad menjelaskan mereka bukan duta, melainkan ikon. Ia menyatakan bahwa Boaz Solossa, atlit asal Papua itu yang telah menjadi Duta PON XX Papua. Adanya kesalah-pahaman ini yang mereka ujar dalam media pemberitaan.Â
Hal ini kita bertanya-tanya apa sih budaya. Kenapa kita punya budaya atau kenapa harus mencuri budaya orang lain. Setiap negara memiliki budaya yang unik. Dalam satu negara saja bisa punya banyak budaya yang menarik dipelajari.Â
Sebenarnya saya tidak yakin mereka secara sadar mengambil atau mencuri budaya orang lain. Namun ketika orang lain memakai budaya yang bukan dari budayanya demi sebuah keuntungan pribadi itu beda cerita. Kecuali kita mempelajari budaya itu sendiri yang berasal dari buku, video, atau sejenisnya.Â
Apa itu Cultural Appropriation?Â